Rabu, 21 November 2012

Kekhawatiran Israel Terhadap Gejolak di Timur Tengah



 Review Tulisan Efraim Inbar yang berjudul "Israeli Defense: The Arab Uprisings' Impact

Krisis Politik yang terjadi sebagai akibat dari adanya aksi protes masyarakat secara masif di negara-negara Arab memang mulai mereda. Jatuhnya rezim Ben Ali di Tunisia, Husni Mobarak di Mesir, dan Muamar Khadafi di Lybia memberikan sedikit kondusifitas politik di Kawasan Timur Tengah. Namun masih ada satu negara yang bergejolak, yaitu di Suriah. Perubahan geo-politik ini tentunya memiliki dampak pada pola hubungan baik bilateral maupun multilateral di kawasan, terutama dalam hubungan antara Arab-Israel.
Israel sangat khawatir sekali dengan perubahan politik domestik di negara-negara arab. Kemenangan-kemenangan yang diraih partai politik yang beraliran islam-ideologis membuat Israel semakin resah. Meskipun Israel adalah negara yang kuat secara militer dan ekonomi, tetapi ia tidak memiliki teman yang dekat di kawasan. Oleh karena itu, Israel harus selalu siap dan memantau segala perubahan politik domestik di negara-negara arab yang tentunya akan merubah arah kebijakan politik luar negeri mereka.
Kekhawatiran yang dirasakan oleh Israel ini sangat wajar dan beralasan. Sejarah telah mencatat bahwa perubahan politik dalam negeri negara-negara di Timur Tengah ternyata sangat berpengaruh dalam membentuk pola hubungan dan orientasi politik luar negeri negara tersebut. Contohnya adalah Revolusi Islam di Iran pada 1979. Revolusi ini membawa Iran menuju suatu bentuk pemerintahan yang berdasarkan pada teokrasi Shiah. Perubahan ini berlanjut pada sikap politik luar negerinya. Jika sebelumnya Iran adalah negara yang pro-barat pada era Palevi, maka pasca Revolusi tersebut Iran menjadi tidak bersahabat dengan Barat, terutama Israel dan Amerika. Contoh kedua adalah di Turki. Kemenangan yang diraih oleh the Islamist justice and Development Party sejak 2002 membuat Turki menjadi negara yang anti-Israel.
Ada beberapa hal yang membuat Israel khawatir dengan kekacauan politik domestik negara-negara tetangganya. Selain besarnya potensi kekuatan jatuh kepada kaum islamis, juga adanya kekhawatiran jika yang mengamabil alih kendali pemerintahan adalah kelompok yang lemah, maka tidak akan berlangsung lama. Dan selanjutnya akan di ambil alih oleh kelompok islamis. Atau bahkan jika ketidakstabilan politik domestik masih berlangsung, isu konfrontasi dengan Israel akan menjadi kebijakan yang akan membuat masyarakat kehilangan perhatiaannya terhadap permasalahan politik dommestik. Hal ini tidak lain karena masyarakat Arab yang mayoritas beragama islam akan mengusung semangat solidaritas keagamaan terhadap warga Palestina yang haknya dirampas oleh Israel.
Faktor lain yang menjadi kekhawatiran Israel adalah akan menurunnya pengaruh Amerika Serikat dan semakin meningkatnya pengaruh Iran dan Turki. Menurunya pengaruh AS di timur Tengah tidak lain karena Rezim yang jatuh adalah regim yang cenderung terbuka seperti Mubarak di Mesir. Qaddafi sendiri masih sedikit terbuka dengan AS. Selain itu, rencana penarikan mundur pasukan AS dari Irak dan Afghanistan semakin mempertegas bahwa pengaruh AS akan semakin memudar di Kawasan. Dan ini berarti Israel akan kehilangan sekutu dekatnya yang memiliki pasukan di Timur Tengah. Apalagi ditambaha dengan kritik yang cenderung pasif dan gagal terhadap tindakan represif Bashar al-Assad di Suriah semakin memperkuat bahwa AS semakin lemah pengaruhnya di Kawasan.
Selain itu, kerenggangan hubungan dan dukungan AS pada pemerintaha Obama juga semakin memperkuat kegelisahan Israel. Hal ini dikraenakan besarnya peran Amerika di masa lalu dalam menjaga kepentingan Israel dan mengajak para pemimpin negara Arab untuk bernegosiasi. Hal ini disebabkan oleh fokus perhatin pemerintahan Obama untuk membenahai ikondisi ekonomi domestik yang terpuruk akibat krisis ekonomi. Lebih lanjut, dengan kepergian pasukan AS dari timur-tengah akan semakin meningkatkan kepercayaan diri kaum islamis anti-Israel. Bahkan para pemimpin yang pro–AS pun akan cenderung mengikuti aspirasi masyarakatnya yang tidak menginginkan perdamaian dengan Israel.
Sementara itu, Rezim yang frontal terhadap AS dan sekutu, seperti Iran dan Suriah, masih tetap memegang kendali pemerintahan. Lebih lanjut, besarnya pengaruh Iran dan juga turki dalam mendorong para demonstran di Mesir untuk menggulingkan Mubarak membuktikan bahwa pengaruh kedua mulai meningkat. Apalagi ditambah dengan kemenagan yang diraih oleh Ikhwanul Muslimin (IM) dalam pemilu Mesir. IM memiliki kesesuaian ideologis dengan Turki dan Iran yang notabenenya saling berkompetisi untuk menjadi nomor satu di hadapan negara-negara Arab dengan sikap vocal mereka terhadap Israel. Sementara pemerintahan militer sementara sekarang juga cenderung merestorasi hubungan mereka dengan Iran. Persaingan pengaruh antara Iran dan Turki ini semakin terlihat dengan dukungan yang diberikan Turki terhadap opposisi di Suriah. Sementara rezim Assad adalah sekutu Iran.
Selain kehilangan dukungan politik, Israel juga memiliki ancaman militer yang besar dari Iran, yaitu program nuklir Iran yang oleh Israel dianggap sebagai embrio dari pembuatan senjata nuklir. Iran sendiri meskipun telah diberi sanksi oleh komunitas internasional, namun tetap mampu survive dan terus melanjutkan program nuklirnya. Hal ini menunjukan bagi Israel bahwa ancaman nuklir Iran ini benar-benar nyata.
Dengan berkurangnya pengaruh AS di Timur Tengah maka Israel harus berdiri sendiri untuk menjaga dan bertahan. Dengan didukung oleh kemampuan ekonomi yang baik, Israel memiliki kesempatan untuk memperkuat sistem petahanannya. Israel harus meningkatkan Anggaran militer untuk menjaga dan memperkuat pertahanannya dalam menangkal semua ancama keamanan nasionalnya. Setidaknya ada dua cara yang bisa dilakukan oleh Israel untuk memperkuat sistem defense-nya, yaitu passive protection dan active defense. Proteksi pasif (passive protection) mengacu pada konstruksi perlindungan (shelters) dalam negeri, institusi pendidikan, dan pusat komersial serta hiburan. Sedangkan active defense system mencegah roket dan misil yang datang.


Changes in Turkey: What Drives Turkish Foreign Policy?
Svante E. Cornell

Turki merupakan salah satu dari sebagian kecil negara Islam yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Sehingga menurut saya Turki sedikit “menghianat” negara-negara Islam lainnya yang secara umum mendeklamasikan komitmennya untuk mendukung upaya Palestina. Pernyataan umum ini terimplementasikan dalam pembenttukan OKI. Namun, pasca menangnya Islamist Justice and development party (AKP) pada pemilu 2002, orientasi politik Turki mulai mengalami perubahan.
Perubahan-perubahan ersebut seperti mulai meenjalin hubungan yang lebih dekat dengan Iran, Suriah, dan Sudsan yang sebelumnya menjadi rival Turki. PM terpilih, Resep Tyyip Erdogan berusaha untuk memjadi mediator bagi Iran dengan dunia barat. Bahkan tekadngg, tidak jarang retorika yangg dikeluarkan Turki seakan-akan menentang AS dan negara Eropa laiinya. Hal ini semakin menambah perdebatan bagi posisi Turki di Eropa. Lebih lanjut lagi, Turki mulai membatasi hubungannya dengan Israel yang telah terjalin cukup lama.
Seiring dengan merenggangnya hubungan dengan Israel, hubungan dengan Iran semakin membaik. Hal ini ditunjukan dengan dukungan terhadap program nuklir Iran. Bahkan pada november 2008, PM Erdogan mengatakan kepada negara-negara yang memiliki nuklir untuk menghapus semua program nuklir yang dimilikinya sebelum ikut campur mengurusi masalah nuklir Iran. Lebih lanjut, pada voting di IAEA untuk menjatuhkan sanksi bagi Iran, Turki mengambil sikap absstein.
Berbanding terbalik dengan membaiknya hubungan dengan Iran, hubungan Turki-Israel justru sebaliknya. Bahkan pada September 2011 lalu, Erdogan mengancam untuk melakukan aksi konfrontasi dengan Israel. Belum lagi penyerangan terhadap kapal ekspedisi Mavi Marmara yang membawa bantuan keamanan ke Palestina. Hal ini semakin memperuncing hubungan diplomatik Turki-Israel. Secara militer, baik diangkatan darat, udara, maupun laut Erdogan telah memerintahkan mereka untuk siap bertmpur dengan Israel. Kebijakan-kebijakan militeristik ini semakin menegaskan bahwa orientaasi politik Turki tidak lagi bersahabat terhadap Israel.


Selasa, 06 November 2012

Fatamorgana

Aku ingin dunia yang terang, tak samara dan tak redup. Aku butuh cahaya. Namun cahaya itu tak ada. Bertahun-tahun orang mencari cahaya. Suatu ketika mereka mengira mendapat cahaya. Kemudian datang orang lain berkata, ”itu bukan cahaya.” itu hanyalah tawa kepedihan, bukan cahaya. Mungkin kenes atau sinis, tetapi bukan cahaya. Cahaya tidak ada, kalau begitu apa jadinya hidup ini?
Mungkin ini semua semu. Hanyalah khayalan atau ilusi. Atau bahkan cahaya itu hanya sekedar mimpi. Tetapi semua orang harus bermimpi dan memiliki mimpi. Apalah artinya hidup ini tanpa sebuah mimpi. Mungkin hidup akan terasa membosankan, atau bahkan terasa mati. Aneh, hidup dan mati kan berbeda. Namun aku tak tahu apa mimpiku. Kalaupun boleh disebut mimpi, mungkin satu-satunya mimpiku adalah ingin di dekatnya, berada di sisinya. Tapi semua itu seakan mustahil. Meskipun di dunia ini tak ada yang mustahil. Yah, mimpi adalah mimpi. Hanya sekedar khayalan, tak ada yang bisa menduga. Hanya kenyataan lah yang dapat membuktikannya.
Banyak orang yang berkata, mimpi adalah setengah dari kenyataan. Asalkan engkau mau memperjuangkan maka mimpimu akan terwujud. Tapi itu bagiku hanyalah pelipur lara. Jaminan apa yang akan diberikan ketika ku perjuangkan dan mimpiku tak juga tercapai. Tetap saja hanya waktu yang membuktikan apakah mimpi akan terwujud atau tidak. Tapi apa salahnya mencoba, kata mereka. Lagi-lagi ku pertanyakan, jika gagal bagaimana. Bukankah itu membuang kesempatan ku untuk melakukan hal yang benar-benar jelas tujuannya. Yah, apapun yang akan dikatakan orang, biarlah. Setidaknya inilah yang ku yakini saat ini. Keyakinan yang mungkin berubah suatu saat nanti. Kenyataannya, toh saat ini cahaya itu hanya sekedar mimpi bagiku.

Kamis, 04 Oktober 2012

Keterlibatan Uni Eropa dan China di Afrika



Selama satu dekade terakhir, banyak kemajuan positif yang berhasil di capai oleh negara-negara Afrika dalam melakukan pembangunan ekonomi, social, dan politik. Meskipun konflik masih tetap ada, tetapi eskalasi dan skala konflik tersebut tidak lagi sebesar tahun-tahun sebelumnya. Kemajuan ini tidak hanya dicapai berkat semakin kuatnya kerjasama melalui institusi regional ’Uni Afrika’, tetapi juga ditopang dengan adanya peran strategis dari UE dan China. Kedua pihak ini sangat membantu dalam melakukan rekonstruksi sosial, politik, dan ekonomi.
Namun, ada hal menarik yang perlu kita cermati dalam perkembangan di Afrika ini, yaitu kehadiran China. Berbeda dengan UE yang memiliki ikatan historis sebagai negara kolonial di Afrika, China sama sekali tidak memiliki ikatan historis tersebut. Akan tetapi dalam kenyataanya, China berhasil mendapatkan posisi starategis di Afrika dengan ontribusi besarnya terhadapa pembangunan di Afrika, dimana sekitar 45,7 % destinasi bantuan luar negerinya adalah untuk Afrika. Dengan demikian, telah terjadi persaingan politik baru antara UE dan China dalam kebijakan mereka terhadap Afrika.
Para era Perang Dingin, bantuan luar negeri yang diberikan baik oleh China maupun Eu sarat erat kaitannya dengan persaingan ideologis saat itu. Artinya bahwa bantuan luar negeri tersebut digunakan untuk mendapatkan perhatian dan dukungan dari negara-negara afrika. Namun ketika Perang Dingin berakhir, Afrika seolah tidak memiliki posisi strategis bagi keduanya. Dan ini berimplikasi pada berkurangnya bantuan yang disalurkan. Akan tetapi, pada awal abad 21, kembali bantuan luar negri diberikan oleh EU melalui kesepatan pada Perjanjian Cotonou pada 2000. sedangkan pada saat yang sama, juga terjadi peningkatan bantuan laur negeri China yang cukup drastis.
Di sinilah terlihat perbedaan trategi antara China dan EU. Eu melalui perjanjian Cotonou mensyaratkan adanya Good Governance sebagai alasan dasar pemberian bantuan. Negara-negara penerima bantuan diminta untuk mempromosikan Hak Asasi Manusia HAM), melakukan demokratisasi, penegakan hukum, dan pemerintahan yang baik dan bersih dari KKN. Akan tetapi, bagi negara-negara Afrika yang notabeneya sedang berusaha embangun tatanan pemotinrahan yang kokoh dan stabil, dibutuhkan adanya penguatan institussionalisme dan kesdaran politis sebelum terlebih dahulu menerapkan demokrasi. Karena jika belum terjadi stabilitas dan kondusifitas dinamika politik, tentu penerapan demokrasi akan menjadi bumerang bagi negara-negara Afrika yang memiliki potensi konflik yang tinggi. Dan tentu saja persyaratan ini terasa sangat memberikan.
Di sinilah China mulai mengambil peran. China menawarkan pola pemberian bantuan yang berbeda. Bantuan tersebut bersifta konsensional, yaitu dengan jangka waktu pengambalian yang panjang serta bunga yang rendah. Selain itu, pemberian bantuan ini juga diberikan tnapa syarat. Artinya bahwa tanpa adanya motif politik. Pemberian bantuan tersebut murni bernilai ekonomis. Dan hal ini berdampak posiif dengan semakin meningkatnya intensiata dan frekuensi perdagangan anatara China dan Afrika.
Namun dalam bidang keamanan, China cenderung pasif. Sedangkan EU sangant dominan keterlibatannya dalam penanganan masalaha konflik dan keamanan di Afrika. Setidaknya telah ada sepuluh kali operasi militer yang dilakukan selama periode 2003-2010 yang dilakukan oleh UE. Dalam mengatasi konflik keamana yang terjadi di Afrika, China lebih cenderung menggunakan kerangka resolusi konflik dengan menekankan pada kerjasama di PBB. Hal ini selain karena China memiliki posisi strategis di DK PBB, juga karena dalam pandangan China Konflik di Afrika tidak perlu diglobalisasikan.
Selain itu, semakin menguatnya hubungan daganag antara China dan Afrika semakin mengkhawatirkan bagi Eu. Hal ini tidak lain karena adanya pergeseran kebutuhan energi EO dari Timur-Tengah ke wilyaha Afrika. Hal ini juga yang mejadi latar belakang keterlibatan China di Afrika sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan energi domestiknya. Selain itu, sektor kerjasama ekonomi yang dikembangkan dan dijalin oleh China dengan Afrika juga semakin beragama. Melingkupi sektor-sektor yang selama ini didominasi oleh EU, seperti industri pakaian, telekomunikasi, pengolahan makana, dan lain-lain. Hal ini tentu akan semakin menurunkan tingkat perdaganagn antara EU dengan Afrika.
Semakin besarnya keterlibatan dan peran China di Afrika membuat Eu harus memposisikan kembali diri mereka di Afrika. Untuk mengatasi masalah ini, EU berusaha mengupayakan adanya dialog segitiga dan kerjasama trilateral antara EU, China dan Afrika. Tujuan diadankannya dialog ini dalah untuk mengatasi masalah-masalah kebijakan yang kontroversial dan konflik kepentingan. Hal ini untuk mengatasi kebingungan EU apakah akan bekerjasama dengan China dan Afrika, atau justru sebaliknya menganggap mereka sebagai pesaing. Oleh karena itu, dialog ini sangat perlu dilakukan.
Namun, penemuan solusi yang konsolidatif dan akomodatif dari dialog ini bukanlah hal yang mudah. Hal ini karena perbedaan kultural baik politik maupun ekonomi anatara China EU. Hal ini semakin menambah kompleks pertentangan dan persaingan antara keduanya di Afrika. Persepsi berbeda yang telah tercipta antara China dan EU sangat sulit untuk dikompromikan. 

China-Afrika



Review tulisan Li Anshan yang berjudul " China-Africa: Policy and Challanges"

Hubungan China dengan Afrika dimulai pada 1950-an ketika berlangsungnya Konferensi Asia Afrika di Bandung. Negara pertama yang menjalin hubungan diplomatik secara resmi dengan China adalah Mesir pada 1956. namun hubungan China saat itu dengan negara-negara Afrika lebih kepada kondisionalisasi Perang Dingin dan sebagai upaya Counter Hegemoni terhadap Amerika Serikat. Nmaun ketika memeasuki era millenium baru, orientasi hubungan China terhadap Afrika mengalami perubahan yang sangat signifikan. Dominasi hubungan pragmatisme ekonomi sangat terlihat pada pola hubungan Sino-Afrika saat ini.
Memang pada awal hubungannya dengan Afrika, kebijakan dan sikap China sangat dipengaruhi oleh kontestasi ideologis. Isu utama yang dikedepankan China dalam hubungannya dengan negara-negara Afrika dengan mengobarkan semangat anti-koloniaisme, anti-imperialisme dan revisionisme. Semangat anti-kolonislisme dan imperilaisme ditujukan untuk menghilangkan pengaruh-pengaruh negara-negara barat, sedangkan revisionisme sebagai upaya untuk menghilangkan pengaruh Soviet sejak berakhirnya hubungan Sino-Soviet pada 1960-an. Dengan demikian, persaingan yang terjadi tidak hanya dengan barat, tetapi juga dengan Uni Soviet.
Meskipun telah terjadi perubahan yang signifikan pada 1960-an, kebijakan dogmatis China dengan Slogan ’exporting revolution” tetap dipertahankan. Akan tetapi kebijakan ini banyak di tentang oleh negara-negara Afrika. Maka China akhirnya mengubah kebijkannya menjadi dukungan terhadap kemerdekaan negara-negara Afrika dan juga memberikan bantuan tanpa syaratat. Kebijakan ini dikenal dengan istilah “economy serves diplomacy”. Dengan adanya pergeseran orientasi kebijakan ini, maka hubungan China dengan Afrika semakin membaik. Hingga akhirnya pada 1978 china dengan memiliki hubungan diplomatik dengan 48 negara Afrika.
Sejak berakhirnya kebijakan ’exporting revolution’, kebijakan China terhadap Affrika menjadi menjadi lebih pragmatis dan diversifikasi. Tidak lagi hanya berfokus pada tujuan-tujuan politik-ideologi, tetapi juga memasukkan aspek ekonomi dan sosial. Seiring dengan terjadinya ketidakjelasan kondisi ekonomi China, hubungan yang menngunakan ekonomi untuk tujuan politik (economy serves diplomacy) berubah menjadi diplomacy serves economy. Bantuan ekonomi mulai berkurang dan perdangan semakin menurun. Kebijakan politik yang sebelumnya “war and revolution” terhadap yang tidak seideologi menjadi “peace and development”.
Selain itu, prinsip-prinsip ekualitas, penghormatan kedaulatan, non-interfensi menjadi salah satu hal prinsipil yang ditekankan dalam hubungannya dengan Afrika. Hal ini dibuktikkan dengan pemberian bantuan China terhadap negara Afrika yang semakin meningkat pada abad 21 ini dengan tanpa diikuti oleh kepentingan politis. Artinya bhawa hubungan yang dijalin China adalah murni pragmatisme ekonomi. Hal ini berbeda dengan negara-negara barat yang akan memberikan dengan syarat penerapan demokratisasi di negara penerima. Tentu saja kebijakan China ini sangat menarik bagi negara-negara Afrika.
Kerjasama yang saling menguntungkan juga semakin dikedepankan. Dalam menjalin hubungan baik politik maupun ekonomi, China sangat mempertimbangkan bagaimana hubungan yang mereka jalin tidaknya memberi keuntungan bagi China, tetapi juga berdampak posisitk bagi Afrika. Sehingga akan terjadi hubungan yang mutual benefit. Keuntungan China dalam hubungannya dengan Afrika membuat suplly energi dan pangsa pasar produk China semakin besar. Sehingga perekonomian China semakin meningkat. Sedangkan bagi Afrika, kedatangan China memberikan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi. Transfer ilmu pengetahuan didapatkan melalui adanya banyaknya para ahli yang disediakan oleh China dan juga kerjasama pendidikan melalui beasiswa. Sedangkan transfer teknologi dilakukan dengan semakin banyak perusahaan-perusahaan multi nasional (MNC)m China yang beroperasi di Afrika. Juga dengan semakin besarnya FDI dari China membuat proses industrialisasi bisa berjalan.
Puncak dari semakin meningkatnya hubungan anatara China dengan Afrika adalah diadakannya pertemuan tingkat tinggi pada 2006 di Beijing. Dalam pertemuan yang dihadiri sekutar 48 negara Afrika ini presiden China, Hu Jintao mengatakan bahwa China dan Afrika adalah teman yang baik dan mitra strategis. Selain itu, setidaknya ada 7 kebijakan China terkait dengan Afrika yang disampaikan dalam pertemuan itu, yaitu Bantuan untuk Afrika, Pinjaman dan Kredit Prefensial, Pembangunan pusat Konferensi Uni Afrika, Penghapusan Hutang, Pembukaan pasar China yang lebih luas bagi komoditi Afrika, Pembentukan zona perdagangan dan ekonomi China-Afrika, Pelatihan Profesional bagi Afrika.
Tantangan dan Resiko
Meskipun kehadiran China di Afrika sangat penting. Dan juga telah menunjukan peranan yang sangat penting dalam pembangunan di Afrika. Namun China dianggap kurang dalam hal pemberdayaan penduduk lokal. Pekerja-pekerja yang digunakan oleh perusahaan-perusaah china adalah buruh-buruh impor. Hal ini dikarenakan sleian tingkat produktivitas dan kehalian yang lebih rendah, dengan menggunakan tenaga kerja lokal maka perusahaan China akan terikat dengan aturan lokal. Disini terlihat bahwa terjadi perbedaan kepentingan antara perusahaan China dan kepentingan nasional China. Dengan menggunakan tenaga kerja yang skillful tentu preusan akan mendapat keuntungan yang maksimal. Artinya kepentingan perusahaan adalah kepentingan ekonomi jangkan pendek dengan eksplorasi yang semaksimal dan seoptimal mungkin. Berbeda dengan kepentingan nasional China yang berusaha menjalin hubungan lama dan tidak bersifat eksploitatif-opportunis.
Selain itu, tantangan yang diharus dihadapi China adalah pandangan yang sinis dari barat. China hanya berkepentingan untuk mengamankan pasokan energi dan sumber daya alam lainnya dari Afrika. Hal ini mereka indikasikan dengan mengacu kepada kebijakan China yang tidak mengkaitkan antara ekonomi dan politis. Artinya menurut mereka China berusaha mempertahankan rezim yang otoriter dan korup demi kepentingan pragmatis China. Karena mereka telah mendapatkan keuntungan yang besar melalui kerjasama dengan pemimpin-pemimpin seperti ini.
Sesuai dengan kepentingan nasional Chian yang berusaha menjalin hubungan diplomatik yang berkelanjutan, maka sustainable development saat ini juga menjadi perhatian China. Ukuran keberrhasilan tidak hanya dilihat dari indeks-indeks statistik seperti perdapatan perkapita. Tetapi juga harus dilihatnya bagaimana dampak riilnya terhadap warga Afrika secara umum. Salah satu dengan memberdayakan tenaga kerja lokal. Selain itu, kualista operasional juga harus diperhatikan dengan menerapkan produksi yang berorientasi terhadap keselamatan, pekerja, tidak merusak lingkungan, dan juga sistem jminan sosial. Sehingga tidak terjadi eksplorasi yang destruktif.
Semua upaya ini harus dilakukan oleh China untuk meningkat hubungan dan peluang masa depan kerjasamanya dengan Afrika. Karena Afrika memiliki nilai strategis-politik dan ekonomi yang besar bagi China. Keuntungan tidak hanya dirasakan pada level elit, tetapi juga harus dirasakan oleh masyarakat. Hubungan yang interdependensi harus diciptakan aar Afrika merasa tidak dieksploitasi. Selain itu, optimalisasi kerjasama dalam lingkup global melalui PBB juga harus ditingkatkan. Diplomasi yang lebih sensitif dan konprehensif perlu dilakukan untuk mengurangi ancaman non-teknis dalam upaya operasional di Afrika. Hal ini mengingat tingkat konflik yang tinggi di Afrika. Jangan samapai berdampak buruk terhadap hubungan mutualisme yang telah ada.

New SIlk Road: USA's Interest

BAB  I
PENDAHULUAN

Term Silk Road  pertama kali dimunculkan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Baron Ferdinand von Richtofen pada 1859. Silk Road yang paling aktif terjadi pada dua periode yaitu pada 200 SM-400 M dan 600 M–1200 M. Jalur ini adalah jalur perdagangan Sutra dari Asia Timur ke Eropa. Silk Road diyakini bermula pada 3000 Sm ketika kain sutra China telah mencapai Eropa Mediterrania melalui Persia. Silk Road ini adalah jalur yang terhubung dari China, Anak benua (India), Persia dan Eropa. Interaksi inilah yang menyebabkan terjadinya keberagaman peninggalan sejarah di Silk Road.
Seiring dengan berkembangnya jalur ini, maka selanjutnya penyebaran rempah-rempah dari India, emas dan minyak dari Persia, biji-bijian dari Eropa, dan agama tersebar di Silk Road ini. pada zaman itu, stabilitas politik mendorong perdagangan di sepanjang jalur sutra. Ketika empat kerajaan besar, yaitu Romawi, Parthia, Kushan, dan Cina mulai menurun, maka lalu lintas perdagangan pun menurun. sebuah periode baru perdagangan dimulai ketika china bersatu dibawah dinasti Tang dan ketika besarnya permintaan Byzantium untuk barang-barang mewah.
Pada abad 900-11200 M, china terpecah, di asia kekaisaran islam pecah, dan orang-orang turki memulai ekspansi dari Asia Tengah ke Barat. Rute perjalanan perdagangan antar benua mulai mengalami penurunan yang terjadi terus menerus, tetapi cabang-cabang regional dari jalur sutra tetap aktif. Kemudian, setelah mongol merebut Asia Tengah, hanya rute utara dan selatan saja yang tersedia. pada abad ke-15, ketika bangsa mongol mengalami kemunduran, China menutup pintu bagi pengaruh asing, dan kekuatan ottoman melakukan konsolidasi untuk melakukan kontrol atas eropa timur dan timur tengah. kontrol kesultanan otoman atas rute perdagangan ke Timur menyebabkan "Age of Discovery" eropa barat, yang telah menjadi pencarian jalan alternatif untuk rute perdagangan ke timur jauh.



BAB  II
PEMBAHASAN

New Silk Road (NSR)
New Silk Road (NSR) merupakan sebuah proyek dan inisiatif yang dikemukakan oleh Amerika Serikat (AS) pada tahun 2011 ini. Akan tetapi, usaha untuk mewujudkan NSR ini sudah ada sejak tahun 1993 melalui Transport Corridor Europe-Caucasus-Asia atau lebih dikenal dengan TRACECA.[i]
TRACECA dirancang di Brussels, Jerman, saat pertemuan antara pemimpin-pemipin negara Asia Tengah dengan Uni Eropa. TRACECA adalah sebuah perjanjian multilateral yang mengatur jalur transport internasional di wilayah Eropa-Caucasus-Asia. Jalur transport internasional yang dimaksudkan di dalam perjanjian ini tidak hanya berupa jalan yang terbuat dari aspal, tetapi juga rel, jalur pipa, dan serat-serat optik yang dapat digunakan untuk mengirimkan berbagai sumber daya yang ada.[ii]
Tujuan dari TRACECA adalah menciptakan NSR. Akan tetapi, pengembangan NSR yang dilakukan oleh TRACECA ini lebih difokuskan untuk menghubungkan negara-negara Eropa dengan Asia Tengah. Masuknya campur tangan dari AS pada abad ke-21, membuat pengembangan NSR tidak hanya difokuskan untuk negara-negara Eropa dan Asia Tengah, tetapi juga negara-negara Asia Selatan.
Campur tangan dari AS mulai terlihat saat unjungan yang dilakukan oleh Hillary Clinton saat melakukan kunjungan ke India tanggal 20 Juli 2011. Di Chennai, Hillary Clinton melakukan pidato yang mengemukakan “New Silk Road Strategy” untuk Afghanistan dan kawasan regional. Dalam pidato ini, terlihat bagaimana usaha dari AS untuk menghubungkan Asia Selatan dan Tengah dalam mewujudkan rencana NSR ini dengan Afghanistan sebagai penghubungnya.[iii]
Kemudian, pada tanggal 22 September 2011, dilakukan pertemuan antara tiga negara, yaitu AS diwakili oleh Hillary Clinton, Afghanistan diwakili oleh Zalmay Rassoul, dan Jerman diwakili oleh Guido Westerwelle. Pertemuan yang berlangsung di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini, menghaslkan sebuah kebijakan untuk membantu Afghanistan untuk bangkit dan merestrukturisasi negara beserta sistem pemerintahannya. Sebab, Afghanistan yang berperan sebagai penghubung utama masih belum stabil dan masih harus membangun pemerintahannnya. Amerika serikat menghimbau kepada seluruh negara-negara tetangga dari Afghanistan untuk juga ikut membantu pemulihan ini.
Setelah  Afghanistan memulihkan kembali keadaan domestiknya, maka kerjasama antara empat negara, yaitu Turkmenistan, Afghanistan, Pakistan, dan India, yang disebut TAPI akan bisa diterapkan. Unttuk mewujudkan ini, AS juga harus memperhatikan masalah keamanan disekitar jalur NSR.
Tujuan dari AS untuk membantu pengembangan NSR di Asia Tengah dan Selatan adalah pertama, untuk mendapatkan kontrol dari geopolitk kawasan Asia Tengah dan Selatan. Kedua, mendapatkan keuntungan dari segi ekonomi. Ketiga, mendapatkan keuntungan dari produk-produk energi. Keempat, mengurangi pengaruh dari Rusia di kawasan Asia Tengah. Kelima, menghadang gerakan-gerakan radikal Islam yang mempunyai kedekatan secara kultur dan wilayah kepada Asia Selatan untuk berkembang.[iv]
A.    TURKMENISTAN
Letak geografis sebetulnya sangat menguntungkan bagi Turkmenistan. Turkmenistan bisa menjadi menjadi jembatan penghubung bagi Timur-barat dan Utara-Selatan. Apalagi ditambah dengan sumberdaya energi yang dimiliki berupa gas dan minyak bumi, tentunya akan menjadikan Turkmenistan sebagai negara yang makmur. Akan tetapi, sebagai landlocked countries, kawasan sekitar laut Kaspia (termasuk Turkmenistan) terisolasi, menjadikan Turkmenistan sulit untuk mendistribusikan sumber-sumber energi ini agar dapat mencapai pasaran dunia. Hal inilah yang mendorong Amerika serikat untuk terlibat dengan menawarkan kerjasama pembuatan jalur baru pendistribusian gas melalui jalur selatan. Selama ini pendistribusian gas Turkmenistan di monopoli oleh Rusia.
Turkmenistan merupakan salah satu negara yang mempunyai sumber gas alam terbesar di dunia, mencapai 286,2 trilyun kaki kubik (tcf).[v] Penyaluran gas dari Turkmenistan ini ke pasar dunia melalui Rusia. Hal ini karena pengelolaan gas di Turkmenistan dimonopoli oleh perusahaan Rusia, yaitu Gazprom.[vi] Akan tetapi harga yang ditawarkan masih rendah dan gas dari Turkmenistan ini selanjutnya diekspor ke Eropa. Inilah penyebab terjadinya keretakan hubungan dagang gas antara Turkmenistan dan Rusia.
Turkmenistan menghentikan pengiriman gas ke Rusia pada akhir tahun 2004 sebagai upaya untuk mendapatkan harga gas yang lebih tinggi. Sejak itu, terjadi tarik menarik antara Rusia dan Turkmenistan dalam masalah harga, hingga akhirnya tercapai kesepakatan pada 2007-an bahwa harga gas ditentukan sesuai dengan harga pasar. Permintaan ini dikarenakan Turkmenistan mengetahui bahwa Rusia menggunakan gas dari Turkmenistan sebagai konsumsi domestik dan menjual gasnya sendiri ke Eropa tiga kali lipat lebih mahal dari pada harga gas Turkmenistan yang mereka beli.[vii]
Selain itu, insiden meletusnya pipa gas dari Turkmenistan ke Rusia pada pada April 2009 menyebabkan kerugian dan penurunan penjualan gas Turkmenistan. Imbasnya, Turkmenistan menutup kembali pengiriman gas ke Rusia dan kembali membukanya pada awal 2010.[viii] inilah salah satu pendorong Turkmenistan untuk membuka jalur penjualan gas baru ke kawasan Asia Selatan. Dan ide ini didukung oleh Amerika Serikat, sebagai upaya untuk mengurangi peranan Rusia di Turkmenistan. Oleh karena itu, berikut yang akan dijelaskan adalah pembentukan jalur baru ini dan peran serta kepentingan Amerika Serikat.
Turkmenistan-Afghanistan-Pakistan-India (TAPI) dan Amerika Serikat
Turkmenistan adalah negara yang semakin penting bagi Amerika Serikat (AS). Kepemilikan mereka terhadap sumber daya hidrokarbon dan pencarian rute alternatif untuk pendistribusian gas mereka sangat penting bagi AS. Salah satu caranya adalah dengan pembangunan proyek pipa gas Turkmenistan-Afghanistan-India-Pakistan (TAPI). Jika AS membangun pipa minyak dan gas dari Asia Tengah ke luar, hal itu tidak saja menguntungkan AS tetapi juga negara-negara Asia Tengah karena mendapatkan keuntungan ekonomis. Pembangunan jalur pipa minyak dari Asia Tengah yang melintasi Afghanistan menuju Teluk Oman akan membawa penghasilan, lapangan kerja, pelatihan dan pendidikan baik bagi rakyat Afghanistan dan Asia Tengah. TAPI bisa membantu mengintegrasikan kawasan Asia Tengah dan Selatan dengan mengirimkan sumber daya energi yang paling dibutuhkan, dan berharap bahwa perusahaan-perusahaan AS dapat terlibat dalam pengembangannya.
Dukungan AS ini semakin kuat setelah Rusia menutup sementara pengiriman gas dari Rusia ke Ukraina pada Januari 2006 (dan lagi pada bulan Januari 2009) yang sangat berpengaruh bagi kawasan eropa. Amerika Serikat mendukung upaya Uni Eropa untuk mengurangi ketergantungan pada Rusia dengan meningkatkan jumlah pemasok alternatif. Bagian dari kebijakan ini berusaha mendorong negara-negara Asia Tengah untuk mengangkut ekspor energi mereka ke Eropa melalui pipa yang melintasi Laut Kaspia.[ix] Pada Turkmen energy conference akhir April 2009 dilaporkan bahwa Turkmenistan dan negara lainnya harus terus melakukan diversifikasi energy export routes mereka. Presiden Turkmenistan Gurbanguly Berdimuhamedov berjanji untuk melanjutkan diversifikasi tersebut. Pada EU energy summit di Praha pada awal Mei 2009, Utusan Khusus AS untuk Energi Eurasia Richard Morningstar mendukung pengembangan lebih lanjut dari "southern corridor " untuk pengiriman gas dan minyak ke pasar Barat.[x]
Proyek ini ditanda tangani oleh keempat negara pada 11 Desember 2010 dan diperkirakan akan beroperasi pada 2016. TAPI awalnya direncanakan akan mengangkut gas alam dari Daulatebad, Turkmenistan. Namun Asghabat kini telah mengklarifikasi bahwa TAPI  akan berasal dari Yolotan-Osman, lahan yang baru ditemukan di Selatan.[xi] Turkmenistan ke Afghanistan ke Pakistan dan ke India. Pipa ini sepanjang 1.735 kilometer, berdiameter 1.420 milimeter (56 inci), dan memiliki tekanan kerja 100 atmosfer standar (10.000 kPa), akan berjalan dari lapangan gas di Turkmenistan Dauletabad ke Afghanistan. TAPI di Afghanistan akan dibangun di ke Herat dan Kandahar, kemudian ke Quetta dan Multan di Pakistan dan juga ke selatan ke Gwadar. Tujuan akhir dari pipa ini adalah kota Fazilka di Punjab dekat perbatasan Pakistan-India. Pada tahun pertama, pipa ini berkapasitas 27 miliar meter kubik (bcm) gas alam dan selanjutnya menjadi 33 bcm.[xii]
Proyek ini sebenarnya telah dimunculkan pada 1992 yang dilakukan oleh presiden Saparmurat Niyazov bekerjasama dengan perusahaan Unacol milik AS. Pada awalnya hanya mencakup tiga Negara, yaitu Turkmenistan, Afghanistan, dan Pakistan. Akan tetapi karena ketidakstabilan di Afghanistan menjadikan proyek ini tertunda.[xiii] Pembicaraan mengenai proyek ini kembali dibicarakan pada 2000-an. Pada tahun 2008 India menyatakan ketertarikannya dan ingin terlibat dalam proyek ini. Akan tetapi keengganan dari Pakistan untuk menjamin keamanan pipa yang ke Pakistan menjadi hambatannya. Akhirnya pada 2010 kesepakata berhasil dicapai.
Sementara pembagian distribusi pembelian, India dan Pakistan masing-masing akan menerima 14 bcm/y (42%), sementara Afghanistan mendapat 5 bcm/y (16). Biaya pembangunan Proyek ini diperkirakan mencapai US$ 7,6 Milyar dan diperkirankan akan selesai pada 2014-15. Sepertiga dari biaya pembangunan ini rencananya akan dibiayai oleh Asian Development Bank (ADB). Dan sisanya akan diserahkan kepada India yang tertarik untuk konsorsium konstruksi. Chevron, salah satu perusahaan gas AS, tertarik dalam konsorsium konstruksi. Untuk keamanan pipa, akan dijamin oleh masing-masing Negara yang dilintasi.
Pipa TAPI ini dalam kenyataannya adalah suatu Silk Road yang menghubungkan Asia Tengah ke Barat melalui pelabuhan Pakistan Gwadar. Itu menjadikan Pakistan sebagai gateway bagi AS untuk masuk ke Asia Tengah. TAPI adalah "New Silk Route antara Asia Tengah dan Asia Selatan".[xiv] Oleh karena itu, S. Frederick Starr meminta AS untuk lebih menekan pada pendekatan yang lunak dengan meminta untuk mengurangi hambatan perdagangan, dengan mengurangi bea masuk dan kemudahan penyeberangan perbatasan.[xv]
Akan tetapi proyek TAPI ini memiliki proyek saingan yang digagas oleh Iran, meskipun sangat tidak mungkin untuk terwujud, yang dikenal sebagai IPI (Iran-Pakistan-India pipa). Iran juga berharap untuk mengekspor gas alam ke timur. Untuk saat ini, proyek IPI ini beku karena kurangnya dukungan internasional dan  AS mendorong TAPI sebagai alternatif untuk IPI. Dukungan AS bagi TAPI merupakan salah satu cara untuk mengisolasi Iran.[xvi]
Upaya AS mendukung dibuatnya jalur TAPI ini selain untuk kepentingan ekonomi, juga ada unsur politik. Di satu sisi, dengan terbuka akses gas Turkmenistan ke pasar dunia, tentunya akan memudahkan AS yang notabenenya pengguna energi terbesar dalam mencari supply energi baru. Di sisi lain, bertujuan untuk menstabilkan kawasan Asia Selatan yang rawan konflik. Diharapkan dengan kerjasama ini akan meningkat kestabilan kawasan dan mengintegrasikan Asia Tengah-Selatan. Tujuan lainnya adalah agar perusahaan AS dapat ikut ambil bagian dalam poyek ini. Besarnya pengaruh AS ini ditopang oleh besarnya bantuan yang diberikan AS kepada Turkmenistan.
B.     AFGHANISTAN
Konteks Sejarah
Afghanistan pernah menduduki tempat yang didambakan, yaitu sebagai pusat tempat terkaya di dunia, jalur menuju kemakmuran dan peradaban. Hal ini merupakan peran historis dan geopolitik telah mapan selama dua ribu tahun yang lalu. Setelah itu, Afghanistan menjadi pusat pertukaran global ide, seni dan budaya, dan jarak jauh perdagangan, seperti yang terletak antara China dan India di Timur dan pertumbuhan Eropa yang cepat di Barat.[xvii] Arus perdagangan, pengrajin, teknik, alat dan inovasi sepanjang Jalan Sutra legendaris, memungkinkan berkembangnya ide dan pertumbuhan kota-kota kuno besar Asia Tengah, yang memungkinkan mereka untuk menyebarkan pengaruh mereka jauh melampaui wilayah tersebut.
Seperempat abad setelah kekacauan, perang, dan ketidakstabilan, Afghanistan bekerja untuk membangun kembali lingkungan yang aman bagi rakyatnya dan untuk membangun kembali Jalan Sutra baru. Harapan dan potensi untuk jalan sutra baru ini adalah bahwa sekali lagi mereka akan memungkinkan Asia Tengah untuk berinteraksi dengan Asia Selatan, Cina dan Timur Jauh, dan juga untuk kembali terlibat dengan Eropa dan seterusnya.
Kondisi Ekonomi Perdagangan
PBB mengklarifikasikan Afghanistan sebagai “negara kurang berkembang” dengan beberapa peringkat terendah di dunia dalam indikator pembangunan dasar. Ekonomi dan infrastruktur Afghanistan secara fisik telah hancur. Dampak buruk dari invasi dan pendudukan Soviet, setelah itu perang masyarakat sipil, dan semua rezim brutal represif Taliban berkontribusi pada keterbelakangan negara. Sejak tersingkirnya Taliban, Afghanistan, dengan bantuan dari masyarakat internasional, telah membuat kemajuan yang signifikan di berbagai bidang termasuk memberlakukan konstitusi, mengadakan pemilihan, membangun lembaga-lembaganya, dan menghidupkan kembali layanan pendidikan serta kesehatan. Sejak jatuhnya Taliban di 2001, telah ada minat di Afghanistan yaitu berkembang sebagai potensi daerah mitra untuk perdagangan dan keamanan di Asia Tengah.
Bantuan internasional dan mitra Afghanistan telah menghasilkan strategi untuk meningkatkan rute transit lama dan membuat jalan baru yang menghubungkan Afghanistan dengan tetangganya. Hal ini akan memungkinkan negara-negara Asia Tengah untuk terhubung dengan Pakistan, India, dan China untuk terhubung dengan Iran dan seterusnya, semua melalui Afghanistan sebagai landbridge sentral antara mereka. Strategi ini memiliki potensi untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang signifikan, pada saat yang sama juga dapat memberikan kontribusi besar terhadap pembentukan perdamaian dan keamanan di seluruh wilayah tersebut.
Negara-negara Asia Tengah dapat mengambil keuntungan besar dari kerjasama yang lebih erat di tingkat regional dan continental. Dalam studi empiris menunjukan bahwa, negara tekurung pada kelemahan yang secara alami besar dalam mencapai pertumbuhan, yang mana hal tersebut membuat proses perdagangan liberal dan semua kerjasama regional yang efektif menjadi lebih penting. Selanjutnya, pertumbuhan dan keberlanjutan dari seluruh wilayah sebagian besar secara langsung tergantung pada kerjasama yang kuat dan efektif untuk daerah asli perdagangan integrasi. Afghanistan menjadi pusat dalam mengupayakan hal ini, karena memiliki potensi untuk menghubungkan lalu lintas antara Tengah dan Asia Selatan, begitu pun menghubungkan China dengan Laut Arab dan seterusnya. Memanfaatkan posisi Afghanistan sebagai jembatan antara Tengah dan Asia Selatan, serta negara tetangga lainnya dapat menjadi sumber yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi regional.
Manfaat dan Dampak Koridor Jalan
            Diidentifikasikan terdapat 52 koridor jalan potensial melalui Afghanistan menghubungkan Tajikistan, Uzbekistan, dan Turkmenistan dengan lima pelabuhan di Pakistan dan Iran. Tiga puluh satu koridor akan dihubungkan ke pelabuhan Pakistan, dan lainnya dua puluh satu koridor ke pelabuhan di Iran. Pemanfaatan dari mengembangkan koridor transportasi Asia Tengah sangat signifikan bagi negara-negara besar Asia Tengah serta untuk tetangga daerah. Namun, manfaat dari koridor regional hanya terwujud bila negara yang berpartisipasi bekerja sama dengan satu sama lain.
Perkembangan atas “The New Silk Road” akan menawarkan sejumlah pilihan besar untuk transportasi pribadi melalui Afghanistan. Misalnya, sebanyak empat belas rute menghubungkan Tajikistan dan Pakistan melalui Kabul ke titik keluar di Torkham. Titik masuk / keluar lainnya memungkinkan untuk tujuh rute menghubungkan Uzbekistan dan Pakistan, serta lima antara Uzbekistan dan Iran. Selain itu, sepuluh rute menghubungkan Tajikistan dengan Iran melalui berbagai alternatif di Afghanistan, enam alternatif rute antara Turkmenistan dan Pakistan, bersama dengan sepuluh rute menghubungkan Turkmenistan dan Iran semua melalui Afghanistan. Bahwasanya, koridor-koridor ini tidak hanya menghubungkan Asia Tengah ke laut pelabuhan di Selatan, tetapi juga membuka rute ke Kazakhstan, Kirgistan, dan yang penting China.[xviii]
Peluang dan Hambatan untuk Perdagangan
Geografi wilayah Asia tengah yang terkurung sangat tergantung pada tetangganya untuk akses ke seluruh dunia. Dengan bubarnya Uni Soviet, kemunculan negara-negara independen di Asia Tengah, dan kekalahan Taliban di Afghanistan, peluang serta harapan baru telah terbuka untuk kerjasama regional yang lebih besar. Hambatan serta tantangan terhadap utama dari perdagangan melalui The New Silk Road ini adalah terkait dengan ekonomi dan sosial secara keseluruan yang mencerminkan faktor-faktor historis dan geopolitik, yang menonjol di antara mereka adalah ketidakamanan regional, terorisme dan narkotika perdagangan serta produksi.
Tantangan-tantangan ini sangat menghambat pertumbuhan ekonomi normal dan perbaikan sosial, tetapi hanya akan diselesaikan dengan pengeluaran yang besar dari waktu ke waktu. Hambatan lebih cepat terhadap perdagangan termasuk biaya infrastruktur, dan biaya yang timbul dari kurangnya sistem hukum dan peraturan yang tepat, kebijakan perdagangan yang terbatas, manajemen perbatasan yang buruk, dan tidak adanya fasilitas transportasi yang efektif. Tantangan-tantangan ini setelah ditangani, dapat membuka cara untuk menyelesaikan hambatan yang ada dengan diselenggarakan kembali pertumbuhan dan stabilitas.
Keterlibatan Amerika Serikat
AS menganggap kawasan Asia Tengah sebagai kepentingan, maka tidak sedikit sumberdaya yang telah dikeluarkannya demi mempertahankan eksistensinya secara ekonomi, politik dan militer di kawasan Asia Tengah karena dalam pandangan AS wilayah ini sangat strategis dan akan menguntungkan di kemudian hari bagi kepentingan nasional AS. Cadangan minyak dan gas dari wilayah Laut Kaspia Eurasia dapat memberikan Amerika Serikat solusi terhadap tantang kebijakan luar negeri Amerika Serikat selama masa pasca-Perang Dingin. Masalah akses ke minyak dan gas alam bukanlah satu-satunya yang terisolasi, tetapi hal ini juga terkait dengan kepentingan AS lainnya, yaitu geostrategis di Eurasia. Contohnya, pembuat kebijakan AS menjadi semakin khawatir tentang kemungkinan munculnya kembali dari kekaisaran Rusia baru yang dibayangkan akan mendapatkan control eksklusif atas pipa didaerah tersebut dan akan membatasi akses Amerika. Begitu pun juga dengan adanya rezim Islam radikal di Iran bisa bergerak untuk mengubah Asia Tengah ke bagian belakang strategis, melihat negara-negara Islam di Asia Tengah sebagai lingkup pengaruh yang potensial.
Amerika Serikat memiliki kepentingan menyeluruh dalam mendorong kemakmuran ekonomi Asia Selatan dan Asia Tengah. Pertumbuhan ekonomi akan mengamankan kedaulatan New Independent States (NIS), yang akan efektif dalam melawan pengaruh Iran radikal, dan akan memberikan pasar yang menguntungkan untuk barang dan jasa AS. Tanpa adanya perluasan dasar terhadap pembangunan ekonomi, NIS akan tetap rentan terhadap ketidakstabilan politik. Sejumlah besar kebijakan elit dalam tampilan NIS ke Amerika Serikat tidak hanya sebagai contoh keberhasilan ekonomi, tetapi juga untuk kepemimpinan - meskipun persaingan ideologi dan politik dari Asia dan Iran.[xix] Amerika Serikat karena memiliki banyak alasan untuk berkontribusi pada kebangkitan daerah ini dengan berpartisipasi dalam pengembangan jaringan yang luas dari jaringan pipa, rel kereta api, jalan raya, pelabuhan, bandara, dan telekomunikasi yang dapat berfungsi sebagai "Jalan Sutra" untuk menghubungkan Timur dan Barat di milenium ketiga.
Secara historis, Jalan Sutra merupakan jaringan rute kafilah dari China dan India melalui Asia Tengah ke Eropa Barat. Perdagangan sepanjang Jalan Sutra membawa kemakmuran ekonomi dan kebangkitan budaya yang dihasilkan ke kota-kota Asia Tengah, seperti Samarkand dan Bukhara. Minyak berharga dan cadangan gas alam dari Asia Selatan dan Asia Tengah cenderung membuat Jalan Sutra baru perdagangan dan mesin investasi untuk kekuatan pertumbuhan ekonomi belum pernah terjadi sebelumnya. Jalan Sutra akan menghubungkan China, Rusia, Eurasia, dan Eropa Barat, memberikan peluang bisnis bagi perusahaan-perusahaan Amerika, dan akhir dari pekerjaan para pekerja Amerika.
Dalam bidang keamanan regional, AS mendorong negara-negara di kawasan Asia Tengah untuk saling bekerjasama, karena Asia Tengah menghadapi ancaman transnasional yang serius, umumnya berasal dari Afghanistan. Ancaman itu berupa gerakan kelompok teroris, Islam ekstrimis, penyelundupan narkotika dan senjata. Meski kehadiran militer AS di kawasan itu adalah untuk mengamankan kepentingan sumber energi, namun jika AS membangun pipa minyak dan gas dari Asia Tengah ke luar, hal itu tidak saja menguntungkan AS tetapi juga negara-negara Asia Tengah karena mendapatkan keuntungan ekonomis. Dengan adanya invasi AS ke Afghanistan – yang tidak lepas dari kepentingan pembangunan pipa minyak, dijadikan justifikasi AS untuk menempatkan pasukannya dekat Bishkek serta meningkatkan tensi dengan Rusia. Pembangunan jalur pipa minyak dari Asia Tengah yang melintasi Afghanistan menuju teluk akan membawa penghasilan, lapangan kerja, pelatihan dan pendidikan baik bagi rakyat Afghanistan dan Asia Tengah[xx].
C.     PAKISTAN
Tatanan politik dapat membentuk perkembangan sosioekonomi dan budaya dengan penaklukan dan migrasi melalui bencana ekonomi dan militer dan perang sipil, atau dengan keruntuhan dan penciptaan ketiadaan power. Konstruksi tatanan politik baru dapat berlangsung selama beberapa dekade. Ketiadaan power diikuti dengan runtuhnya Uni Soviet memicu munculnya tatanan politik baru yang diantara yang lainnya bagaimanapun juga harus memastikan wilayah yang terisolasi seperti Asia Tengah--termasuk Afghanistan dan juga Kaukasus—dapat dihubungkan kembali dengan perekonomian dunia melalui rute transportasi yang efektif biaya di Asia Barat Daya. Sekarang negara-negara ini bergantung pada rute lama Soviet ke utara. Kerusuhan sipil yang tetap di Afghanistan terus-menerus menghambat upaya untuk menciptakan rezim komersial yang dibutuhkan untuk memulai kembali perekonomian Asia Tengah yang tertunda dan menghubungkan politik baru dengan tetangganya di wilayah selatan. Meskipun demikian, terdapat alasan yang cukup terkait geografi, politik dan ekonomi untuk percaya bahwa rute transportasi alternative yang berasal dari air hangat Laut Arab dan berlanjut keluar ke wilayah Asia Tengah yang historis dapat menstimulasi perdagangan regional dan antar benua, meningkatkan perekonomian yang berkelanjutan dan transisi politik, dan membantu perkembangan stabilitas regional.
Sekitar tujuh belas tahun upaya internasional untuk menghidupkan perekonomian negara-negara Asia Tengah menghasilkan hasil yang substansial, kecuali terhadap Kazakhstan. Upaya untuk menciptakan penyatuan ekonomi regional seperti Organisasi Kerjasama Ekonomi (Economic Cooperation Organization/ECO) atau Pasar Bersama Asia Tengah (Central Asia Common Market) telah gagal mengintegrasikan republik-republik Asia Tengah (CARs) satu sama lain atau dengan perekonomian dunia. Negara-negara tersebut dihalangi oleh orientasi-ketergantungan, infrastruktur transportasi Soviet yang tidak langsung dan kurangnya kesadaran internasional mengenai kemungkinan pembaharuan rute komunikasi tradisional melalui pelabuhan Asia Barat Daya di Pakistan dan Iran. Kemitraan Terbesar Asia Tengah (Greater Central Asia Partnership/GCAP) yang dikonseptualisasi oleh Prof. S. Frederick Starr merupakan merupakan usaha pertama yang penting di AS untuk membuat  suatu perkembangan strategi regional untuk mengintegrasikan kembali perdagangan antar- benua Asia Tengah melalui rute transportasi tradisonal. Tujuannya adalah untuk menciptakan infrastruktur perdagangan rel moderen, jalan dan maritim dimana dahulunya hanya menggunakan rute kafilah unta dan kuda. Strategi koridor Utara-Selatan ini benjanji untuk mengintegrasi kembali secara efisien Asia Tengah dan Kaukasus dengan perekonomian dunia yang lebih luas. Ini lebih jauh lagi akan menjadi perkembangan ekonomi, sosial dan politik regional di kawasan tersebut.
Justifikasi Konseptual
Asia Selatan khususnya Pakistan menjadi wilayah yang penting karena dapat menjadi sarana transportasi penghubung “Jalur Sutera” tersebut untuk menjangkau wilayah Asia Tengah yang terisolasi serta wilayah Cina, Mongolia, Rusia Tengah, dan Timur Tengah. 
Rute transit Pakistan yang menghubungkan India telah ada, namun keefektivitasnya secara luas masih bergantung pada negosiasi antara kedua negara.
Pakitan telah menunjukkan minatnya untuk menjadi rute transit utama terhadap negara-negara Asia Tengah sejak awal kemerdekaannya. Hal tersebut membuat hubungan perdagangan antara Pakistan dengan negara-negara di sekitarnya meningkat.
Pada Januari 2002, Pakistan dan Uzbekistan menandatangani perjanjian ekstradisi dan pemerintah Pakistan menyerahkan pinjaman sebesar 10 juta Dollar kepada Kyrgyzstan.
Jalur Almaty-Karachi melalui Pegunungan Karakuram (jaringan Almaty-Bishkek-Kashgar-Karakuram-Islamabad-Karachi) telah berfungsi meskipun hanya mengangkut sejumlah kecil volume perdagangan, namun akan meningkat seiring dengan selesainya konstruksi pelabuhan Gwadar. Pembangunan pelabuhan Gwadar akan membuka kesempatan baru bagi investasi asing langsung baik di Asia Tengah dan Barat Daya dan Cina serta negara-negara Arab seperti Oman memiliki investasi yang cukup besar dalam mengembangkan pelabuhan tersebut.
Pakistan juga bekerjasama dengan negara-negara Asia Tengah seperti Turkmenistan, Afghanistan, dan Uzbekistan untuk membangun jalur pipa gas yang sumbernya berasal dari Daulatabad.
Terdapat hubungan sejarah ethnokultural antara Pakistan dengan negara-negara Asia Tengah dimana mayoritas masyarakat Pakistan dan budaya mereka berhubungan dengan bukit-bukit Ferghana dan Zarafshan di Asia Tengah.
Kebanyakan pemerintah negara-negara Asia Tengah sekarang mengakui pentingnya Pakistan sebagai rute transit di wilayah selatan sehingga mereka menyediakan tempat bagi rute tersebut.
Pakistan menjadi penghubung rute transit karena menawarkan tiga pelabuhan laut utama sepanjang Laut Arab yang tidak jauh dari Teluk Persia.
Organisasi Kerjasama Regional Asia Tengah (Central Asia Regional Cooperation/CAREC) sebagai suatu jaringan multilateral institusi nasional dan internasional diharapkan dapat membantu mengintegrasikan negara-negara Asia Tengah ke dalam sistem perdagangan internasional.
Kemampuan Asia Tengah untuk memperdagangkan energi, mineral, agrikultur dan tekstil dengan negara yang jauh akan bergantung perkembangannya secara regional kepada integrasi kebijakan perdagangan dan akses terhadap pelabuhan laut utama. Namun kenyataan yang terjadi hingga saat ini adalah bahwa perdagangan negara-negara Asia Tengah mengalami hambatan karena keterlambatan dan sistem yang belum pasti  sehingga diharapkan dengan adanya perjanjian perdagangan regional dan revitalisasi infrastruktur transportasi Pakistan melalui Afghanistan dan wilayah Karakuram dapat mendorong kesempatan keanggotaan WTO bagi negara-negara Asia Tengah.
Kemungkinan perdagangan kartel katun dan tekstil antara Pakistan dan Asia Tengah karena kawasan tersebut merupakan penghasil katun dan tekstil utama.
Halangan/hambatan
Pakistan mempunyai hubungan yang dekat dengan Cina, namun sebaliknya dengan India sehingga hal tersebut membuat India sulit untuk mengembangkan pasarnya. Jika India ingin mengembangkan pasarnya ke Afrika, kawasan tersebut telah lebih banyak dikuasai oleh Cina, Uni Eropa, AS, dan Rusia.
Hambatan utama perdagangan tersebut adalah hubungan yang tegang antara India dan Pakistan serta saling ketidakpercayaan antara Pakistan dan Afghanistan.
Sejak masa awal kemerdekaannya, India dan Pakistan mengalami permasalahan terkait permasalahan Kashmir hingga berkembang menjadi perlombaan nuklir antara keduanya.
Sedangkan antara Pakistan dan Afghanistan adalah terkait permasalahan Baluchistan serta penyebaran Taliban di wilayah perbatasan Pakistan.
Permasalahan di Asia Tengah adalah mengenai etnis dimana sering terjadi konflik etnis sehingga dibutuhkan proses state-building regional yang di dalamnya termasuk komunikasi inter-etnik untuk membentuk dan membangun rule of law, civil society, dan konstitusionalisme.
Peran AS di sini adalah lebih untuk mengurangi atau bahkan menghapus hambatan dalam perdagangan di kawasan Asia Tengah dan Selatan dan mengupayakan usaha untuk menormalisasi hubungan antara Pakistan dan India.

D.     INDIA
             Lokasi yang strategis dan kekayaan sumber daya alam merupakan alasan para analis untuk menciptakan teori-teori dari "Permainan Besar Baru" mirip dari permainan abad kesembilan belas antara Tsar Rusia dan kekaisaran Inggris. Hal ini merupakan permainan baru pada persaingan antara perusahaan untuk mengembangkan sumber daya energi  antara bangsa-bangsa untuk menentukan rute ekspor. Sejak awal 1990-an ekonomi dan sistem politik negara-negara di wilayah tersebut telah berubah. sebagian besar negara Greater Central Asia (GCA) telah membuat kemajuan signifikan dalam reformasi pasar, tetapi kemajuan dalam reformasi demokrasi jatuh jauh di bawah harapan. Dalam arena politik, pemimpin otoriter yang berkuasa pada akhir Era Soviet telah mencoba untuk mempromosikan  stabilitas ekonomi sementara untuk mengamankan dominasi mereka sendiri dalam sistem politik baru[xxi].
          Salah satu negaa GCA yang ekonominya berkembang pesat saat ini adalah India, karena tingkat produksinya yang meningkat menyebabkan kebutuhan energi juga meningkat . Permintaan energi tumbuh hampir tiga kali lipat pada tingkat tahunan sebesar 6 persen antara 1981 dan 2001, pemerintah India baru-baru ini merilis rancangan kebijakan energi, bahkan proyeksi konservatif energi India untuk bahan bakar dalam sektor energi dan infrastruktur fisik terkait seperti kereta api, jalan,jalan raya akan membutuhkan energi dari 3 sampai 6 kali lipat  pada 2031[xxii].
Menurut perkiraan, konsumsi energi diperkirakan akan tumbuh dari yang rendah sebesar 5,5 persen per tahun menjadi 6,2 persen per annum. Saat ini, sumber energi utama India adalah bahan bakar fosil impor dari sekitar 25 negara. Hampir dua pertiga dari total ini berasal dari hanya empat negara: Iran, Kuwait, Nigeria, dan Arab Saudi. Dengan skenario ini, kemungkinan ketergantungan impor minyak India meningkat hingga saat ini mencapai 70 persen. Begitu juga permintaan energi, Di antara negara-negara berkembang, permintaan tertinggi diperkirakan terjadi di Asia, khususnya China dan India. .
India percaya bahwa keamanan energi dapat ditingkatkan baik oleh diversifikasi yang campuran energi serta diversifikasi sumber impor energi. Sebagai hasilnya, India adalah serius meneliti opsi energi nuklir, serta impor lainnya kemungkinan dari luar Timur Tengah. Sumber energi baru dari Lebih besar Asia Tengah akan memainkan peran penting dalam strategi energi India di tahun-tahun mendatang.[xxiii]
Padahal bila Dilihat dari Cadangan minyak negara Asia tengah sendiri seperti  Turkmenistan diperkirakan menyimpan cadangan minyak antara 546 juta dan 1,7 miliar barel. Negara ini berencana untuk meningkatkan ekstraksi minyak sampai 2 juta bbl / d pada tahun 2020. Selain itu cadangan gas alam Turkmenistan terbukti sekitar 71 triliun kaki kubik (Tcf). Begitu juga Uzbekistan yang merupakan salah satu dari  sepuluh negara penghasil gas alam  di  dunia, dengan perkiraan cadangan dari 66,2 Tcf.
Dengan demikian untuk mengurangi ketergantungan pada wilayah Rusia, sebuah proyek besar seperti beberapa Konsorsium Pipa Kaspia Proyek (BPK)[xxiv], minyak Baku-Tiblisi-Ceyhan pipa (BTC)[xxv], dan Kaukasus Selatan Pipeline (SCP)[xxvi] telah digariskan. Ini akan mengarahkan aliran energi di kawasan ini dari utara ada rute ke Rusia, untuk barat, timur dan selatan rute ke Eropa
dan Asia. Dalam beberapa tahun terakhir permintaan Asia (terutama di China dan India) telah diperkirakan akan tumbuh jauh lebih cepat daripada permintaan Eropa, dan ke timur rute ke Cina dan rute selatan (melalui Iran) atau rute barat melalui Afghanistan dipandang sebagai pilihan ekonomis yang menguntungkan. Sayangnya, semua rute dari wilayah mempunyai masalah serius terhadap  politik, keamanan, dan kendala keuangan.
Dalam sepuluh tahun terakhir, telah ada banyak diskusi di Turkmenistan-
Afghanistan-Pakistan-India (TAPI)
mengenai gas pipeline. Berbagai struktur pipa telah diusulkan untuk menarik investor, kontraktor, dan lembaga keuangan. Turkmenistan telah menginformasikan anggota bahwa perusahaan independen De Golyer dan McNaughton telah dikonfirmasi untuk cadangan lebih dari 2,3 triliun meter kubik (TCM) gas di lapangan Daulatabad. Turkmenistan berkomitmen untuk memberikan jaminan berdaulat jangka panjang untuk pasokan tak terputus untuk Pakistan dan India.
Pada bulan Mei 2006, pemerintah India secara resmi menyetujui keikutsertaannya dalam proyek TAPI serta departemen Petroleum dan Gas Bumi yang membuat permintaan formal untuk menghadapi Tantangan besar untuk proyek ini karena ada ketidakpastian yang tersisa tentang
volume cadangan gas di Turkmenistan, situasi keamanan yang masih labil di Afghanistan, dan masalah serius dalam hubungan India-Pakistan. Namun, akibat hal tersebut semua pihak mempertimbangkan usulan tersebut dengan serius Pembuat kebijakan serta analis di India percaya bahwa GCA penting bagi India karena lokasinya yang strategis (Tajikistan hanya 20 km dari Greater Kashmir) dan yang terpentig  karena  kebutuhan sumber daya energi. Namun proyeksi minyak dan pipa gas bisa kehilangan semua viabilitas karena ketidakstabilan di Afghanistan atau kemelut  Pakistan – India. India telah memilih untuk memfokuskan pada Koridor Utara Selatan Transportasi Internasional. Perpanjangan SAFTA untuk Greater Central Asia juga dapat berguna ke India. Namun, rezim Asia Tengah  menunjukkan sedikit minat dalam organisasi. Hal ini menjadi jelas bahwa pemimpin era-Soviet di Asia Tengah akan menghadapi tantangan domestic yang tagguh di tahun-tahun mendatang. Para pemimpin telah memainkan peranan penting dalam menyediakan stabilitas pasca Soviet. Meskipun begitu, masyarakat mungkin menghadapi ketidakstabilan dan nyeri ekonomi lebih lanjut dalam transisi mereka menuju demokrasi dan pluralisme ekonomi pasar.
             India berperan konstruktif dalam upaya rekonstruksi Afghanistan dan telah muncul sebagai donor penting di sana. Kemungkinan yang kuat bahwa dalam tahun mendatang India juga akan muncul sebagai investor energi penting dalam Kazakhstan serta sebagai mitra penting dalam proyek pipa gas TAPI. Pentingnya kawasan Asia Tengah yang lebih besar untuk perdagangan India  seharusnya tidak hanya dilihat dalam konteks daerah yang  memiliki perdagangan sederhana. Dalam waktu sepuluh tahun, perdagangan India dengan Eropa, CIS, Iran, Afghanistan, dan Pakistan akan berada di kisaran $ 500 milyar per tahun  Bahkan jika hanya 20 persen dari perdagangan ini dilakukan oleh benua tanah  rute, $ 100 milyar perdagangan India akan melewati wilayah tersebut  Agar hal ini terjadi, upaya besar-besaran diperlukan untuk membangun kembali jaringan transportasi dan ekonomi Afghanistan.
           Langkah pertama yang segera diambil India  untuk upaya rekonstruksi  Afghanistan. mengkoordinasikan INTEC,  CSATTF, dan TRACECA. India menyajikan desain sendiri untuk menghubungkan kereta api dan jaringan jalan dengan ekonomi Afghanistan dan luar. sedangkan  Hubungan yang sulit antara India dan Pakistan adalah   hambatan perdagangan ke benua Eurasia  disamping itu  biaya konflik antara India dan Pakistan akan jauh lebih besar untuk kedua negara dari yang diperkirakan sebelumnya.
            Ketika pembelian gas dari Turkmenistan tidak begitu prospektif bagi Islamabad. Negara negara asia tengah salah satunya  India berminat besar membeli gas dari Iran, meski AS terus-menerus memperingatkan dan mengancam New Delhi. Pemicu masalah kembali pada pertumbuhan ekonomi India sebesar 9 persen dan juga penghematan anggaran jika membeli gas dari Iran[xxvii]. hal tersebut menjadikan India tergiur  untuk melakukan kerjasama  meskipun ditentang AS , Pada bulan April 2006 India melanjutkan negosiasi tentang pipa yang direncanakan dari Iran. Proyek pipa gas senilai USD7 triliun tersebut harus melewati Pakistan, rival abadi India. Ketidaksepakatan di antara kedua negara terkait persoalan biaya, dan ketakutan India atas keamanan pipa tersebut, sempat menghambat proyek tersebut. Sementara itu, AS berulang kali menekan Iran untuk membatalkan usahanya membangun pipa gas Iran-India, guna memaksa Iran menghentikan program nuklirnya. AS menyatakan bahwa India harus menekan Ahmadinejad untuk mengakhiri program atom Iran, sekaligus mengakhiri bantuan Iran yang diduga diberikan kepada militan Irak.
        Amerika juga ingin agar India memberi tahu Ahmadinejad untuk menghentikan dukungan terhadap kelompok-kelompok Islam militan di Timur Tengah seperti Hezbollah dan Hamas.India merespons dingin permintaan AS tersebut dengan mengatakan bahwa India akan memutuskan apa-apa saja yang akan didiskusikan dengan Ahmadinejad, dan tidak membutuhkan panduan apapun dalam arah kebijakan luar negerinya di masa depan[xxviii].
       Beberapa anggota Kongres juga memperingatkan bahwa mereka siap untuk bersikeras agar India menunda proyek pipa Iran-Pakistan-India sebelum mereka bersedia menerima perubahan yang diperlukan dalam undang-undang Amerika untuk membuat pengecualian dari larangan NSG pada transfer teknologi nuklir ke India[xxix] . atas dasar ini India mempertimbangkan pembatalan akhir dari project. AS. Namun Presiden Musharraf menyatakan bahwa Pakistan bertekad untuk melanjutkan proyek meskipun semua tekanan eksternal, bahkan jika India menarik diri dari proyek tersebut.
E.     UZBEKISTAN
Terdapat beberapa faktor yang menjadikan Asia Tengah sebagai wilayah strategis bagi negara-negara di dunia, termasuk Amerika serikat yakni  faktor geopolitik, ekonomi, serta budaya dan agama. Salah satu  disebabkan oleh masalah sumber daya, Asia tengah sangat kaya akan minyak bumi dan gas alam, bahkan berdasarkan data statistik, cadangan minyak di seluruh kawasan (termasuk laut Kaspia) mencapai 23 milyar ton, yang berarti kedua terbesar setelah kawasan teluk. Sedang cadangan gas alamnya mencapai 3000 milyar ton, menempati urutan ketiga di dunia. Cadangan uranium, dan emas sangat besar dan merupakan produsen kapas terbesar di dunia.
Dalam sumber daya tersebut Amerika memiliki kepentingan secara strategis kepada negara-negara di asia tengah khususnya jalur yang melalui  kazakstan, Uzbekistan, Azerbaijan, dan georgia sehingga untuk membentuk jakur perdagangan tersebut dibutuhkan jalur baru yang di sebut new silkroad yang melalui negara-negara asia tengah sehingga akan mempermudah jalur distribusi ke negara-negara di luar asia tengah. Amerika mengeluarkan kebijakannya dalam pembentukan jalur sutra tersebut memiliki beberapa pertimbangan seperti pengawasan dan juga pengembangan dari jalur tersebut yang akan menguntungan untuk Amerika
Wilayah Uzbekistan merupakan rute penting dan juga tempat transit bagi jalur perdagangan dan Uzbekistan juga termasuk sebagai salah satu pelaku perdagangan yang aktif,  terletak diantara negara-negara besar Uzbekistan merupakan jembatan menuju negara-negara yang memiliki pengaruh besar dalam pedagangan seperti  rusia di  sebalah utara , sebelah timur  ada cina, india  di sebelah selatan, selanjutnya  iran dan eropa di sebelah barat, disini akan di bahas  bagaimana peran Uzbekistan dalam pembentukan new silk road tersebut dan apa saja bentuk politik global Amerika serikat terhadap negara Uzbekistan yang mendukung terciptanya jalur perdagangan baru tersebut .
Terdapat banyak Cadangan gas di Uzbekistan, dan  negara lainya seperti Azerbaijan, Turkmenistan, dan Kazakhstan lebih dari 236 triliun kaki kubik. Cukup untuk melayani kebutuhan minyak Eropa selama 11 tahun Akan tetapi, sebagai landlocked countries, kawasan sekitar laut Kaspia terisolasi, menjadikannya sulit untuk mendistribusikan sumber-sumber energi ini untuk dapat mencapai pasaran dunia. Padahal, sumber daya energi Asia Tengah ini dapat menghadirkan tiga keuntungan baru, yakni bagi pasar dunia, kawasan dan Amerika Serikat.  Pertama, munculnya pasokan energi baru akan membuat pasokan di dunia menjadi beragam dan dapat mengendalikan harga minyak yang naik ketika permintaan akan minyak meningkat.
Banyaknya pasokan minyak dari laut Kaspia akan mengamankan suplai minyak dunia (khususnya sekutu AS) karena suplai terbesar saat ini berasal dari teluk Persia (sebesar 66 %), dimana daerah tersebut rawan konflik dan politisasi sehingga menganggu pasokan energi dunia. Kedua, apabila dikendalikan dengan baik, maka keuntungan dari penjualan minyak dan gas akan memperbaiki pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia Tengah, dimana kemampuan laut Kaspia untuk memasok energi pada pasaran dunia akan memperkuat prospek bagi pertumbuhan ekonomi dan kestabilan politik di kawasan tersebut. Ketiga, ada kesempatan yang sangat besar bagi perusahaan minyak multinasional AS dan negara-negara Barat untuk melakukan investasi pada minyak di laut Kaspia dan juga pada bidang-bidang lain.
Meski demikian, tetap harus disadari bahwa kendala geografis – tidak ada jalan yang mudah untuk mengekspor energi posisinya yang terisolasi dan bergantung pada kerjasama dengan negara tetangga yang konfliktual dan ‘tidak dapat dipercaya’ secara politis oleh AS; kendala teknologi dan biaya transportasi, kurangnya sumber daya manusia, masalah politik dan instabilitas domestik, serta minimnya perangkat hukum untuk melindungi para investor, juga menghambat kertumbuhan ekonomi wilayah ini.
Dengan demikian dengan dibentuknya jalur sutra akan meberikan kemudahan dalam distribusi dan transportasi dan disini amerika hadir sebagai aktor penyedia keamanan, tehnologi dan juga sumberdaya manusia sehingga selain mendapat keuntunga sebagai penjaga keamanan dan pembentukan tehnologi dan juga dari suplai minyak ke amerika, dengan demikian dari kedua segi mereka mendapatkan untung, baik dari pembentukan jalur dan juga hasil distribusi yang lancar, dan dengan terciptanya sarana dan tekhnologi yg baik di di uzbekistan maka akan mengundan investor dan pengusaha untuk menanamkan modalnya 
Pasca serangan 11 september, Uzbekistan menerima tawaran kerjasama dari AS, hal ini dilakukan untuk sedikit melepaskan negara mereka dari Rusia. Kerjasama tersebut adalah dalam bidang keamanan. Uzbekistan mengizinkan AS untuk menggunakan (khanabad) sebagai pangkalan militer dan AS memberikan jaminan keamanan bagi uzbekistan sserta bantuan finansial. Namun kerjasama itu tidak berlangsung lama. Kerjasama yang berlangsung lima tahun pada akhirnya kandas. Uzbekistan dituntut wilayahnyuntuk segera membenahi pemerintahannya yang belum demokratis dan banyak terjadi pelanggaran HAM. Jadi, AS menekankan kepada Uzbekistan untuk segera menerapkan sistem pemerintahan yang demokratis. Secara jelas dapat terlihat bahwa kepentingan AS disini adalah untuk menyebarkan paham demokratis ke seluruh wilayah, termasuk juga wilayah asia tengah, dalam hal ini salah satu diantaranya adalah Uzbekistan.
      Apabila dihubungkan dengan pembukaan the silk road, maka dapat terlihat bahwa penyebaran demokrasi ini sebagai salah satu cara untuk mendukung terbentuknya jalur tersebut yang ideal. Karena apabila sebuah negara sudah menjalankan demokratis, maka sistem perdaganganpun akan cendrung lebih terbuka.
F.      KAZAKHSTAN
Kazakhstan merupakan salah satu negara yang termasuk cepat berkembang di Asia Tengah.  Menteri Ekonomi dan Perencanaan Anggaran, Kairat Kelimbetov, memprediksi bahwa pada tahun 2015 itu bisa menjadi salah satu dari lima produsen minyak terbesar di dunia, sebagian dari ini adalah berkat dari investasi asing dan perdagangan internasional, yang mana pada tahun 2002 telah mencapai US $ 16.100.000.
 Beberapa tahun terakhir Amerika Serikat memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Kazakhstan. Antara 1992 sampai 2001, Amerika Serikat memberikan US $ 874.300.000 untuk bantuan teknis dan untuk mendukung investasi ke Kazakhstan. Pada tahun 1999, Amerika Serikat mengeluarkan tindakan tentang strategi Silk Road, yang menekankan kepada pentingnya kemandirian politik dan ekonomi untuk Kaukasus Selatan dan negara-negara Asia Tengah melalui kebijakan yang fokus pada stabilitas regional, demokrasi, dan hak asasi manusia.
Selain itu, pada tahun 2002 Amerika Serikat juga memberikan dukungan terhadap Kazakhstan. Yaitu dengan mengadakan konferensi bersama untuk perdagangan dan investasi yang menghasilkan banyak inisiatif bilateral untuk meningkatkan peluang investasi antara kedua negara. Pentagon AS bahkan membantu Kazakhstan membangun base pertama militer di pelabuhan Atyrau di Laut Kaspia. Pada tahun 2002, Menteri Energi AS Spencer Abraham menekankan kepentingan AS dalam sumber daya di Kazakhstan, Abraham menyebut Kazakhstan sebagai “Key Partner” dalam Rencana Energi Nasional AS. Selain itu, juga ada proyek yang sedang berlangsung yang didanai oleh AS untuk mengembangkan sumber daya alam minyak Kazakhstan melalui pembangunan jaringan pipa dan infrastruktur lainnya.
Dalam hal ini, AS sangat berperan dalam perkembangan internal Kazakhstan baik itu dalam pembangunan jaringan pipa atau infrastruktur lainnya.  Tentunya kepentingan Amerika Serikat dalam hal ini adalah untuk menjadi tokoh yang dominan di wilayah Kazakhstan, baik dalam memajukan kepentingan-kepentingannya sendiri dalam minyak, kepemimpinan, dan pengaruh, serta mempertahankan kehadiran militer yang layak di Kazahstan.




BAB  III
KESIMPULAN


Keberadaan dari NSR akan menjadi sebuah kesempatan dari AS untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Tujuan dari AS untuk membantu pengembangan NSR di Asia Tengah dan Selatan adalah pertama, untuk mendapatkan kontrol dari geopolitk kawasan Asia Tengah dan Selatan. Kedua, mendapatkan keuntungan dari segi ekonomi. Ketiga, mendapatkan keuntungan dari produk-produk energi. Keempat, mengurangi pengaruh dari Rusia di kawasan Asia Tengah. Kelima, menghadang gerakan-gerakan radikal Islam yang mempunyai kedekatan secara kultur dan wilayah kepada Asia Selatan untuk berkembang.
Akan tetapi, berbagai usaha juga dibutuhkan untuk mendapatkan tujuan tersebut. Sebab, dibutuhkan kestabilan untuk merealisasikan program NSR ini. Sementara, negara-negara yang ada di daerah Asia Tengah dan Selatan masih ada dalam kondisi tidak stabil seperti Afghanistan yang baru saja mengalami perang. Berbagai pemulihan dilakukan dengan bantuan ekonomi, politik, dan keamanan regional dari Amerika Serikat.
Namun, tidak serta merta semua negara Asia Tengah dan Selatan mendapatkan bantuan dari Amerika Serikat dalam tiga aspek tersebut. Seperti , Turkmenistan yang mendapatkan hanya mendapatkan bantuan berupa bantuan ekonomi dan politik. Meskipun seperti itu, setiap negara tetap mendapatkan bantuan dari AS.





Daftar Pustaka




Artikel diakses dari : http://www.iaee.org/en/publications/newsletterdl.aspx?id=113 , pada Sabtu 19 November 2011.
A New Silk Road-The Future of US-Kazakh Relations, Artikel ini diakses dari : http://hir.harvard.edu/interventionism/a-new-silk-road , pada Sabtu 19 November 2011.
Bhadrakumar, M. K. Pipeline project a new Silk Road “, diakses pada 18 November 2011 dari http://www.atimes.com/atimes/South_Asia/LL16Df01.html
Boyer, Alan Lee. “Recreating the Silk Road: The Challenge of Overcoming Transaction Costs.” China and Eurasia Forum Quarterly, Volume 4, No. 4 (2006): h. 71-96
Cutler, Robert M. “Turkmenistan-Afghanistan-Pakistan-India Gas Pipeline Gets Official Four-Way Go-Ahead”, diakses pada 20 November 2011 dari http://www. economonitor.com/blog/2011/01/turkmenistan-afghanistan-pakistan-india-gas-pipeline-gets-official-four-way-go-ahead/
Foster, John.A Pipeline Through A Troubled Land: Afghanistan, Canada, And The New Great Energy Game.” Canadian Centre for Poligy Alternatif (CCPA), Volume 3, No. 1 June 19, 2008 h. 1-17.
Nichol, Jim. “Turkmenistan: Recent Developments and U.S. Interests.” Congressional Research Service, May 26, 2011.
__________. “Central Asia: Regional Developments and Implications for U.S. Interests.” Congressional Research Service, November 20, 2009.
Starr, S. Frederick. The New Silk Road: Transport and Trade In Greater Central Asia.
“Turkmenistan-Afghanistan–Pakistan-India [TAPI] Pipeline”, diakses pada 18 November 2011 dari http://mom.gov.af/en/page/4717
 “The New Silk Road”, diakses pada 19 November 2011 dari http://the-diplomat.com/ 2011/11/11/the-new-silk-road/
Sieff, Martin. “Russian TAPI involvement damages Turkmenistan, U.S.” diakses pada 19 November 2011 dari http://www.universalnewswires.com/centralasia/viewstory. aspx?id=3075
“Turkmenistan-Afghanistan-Pakistan-India Gas Pipeline: South Asia’s Key Project.” Diakses pada 20 November 2011 dari http://www.pm-pipeliner.safan.com/mag/ ppl0411/r06.pdf




[ii] Ibid.
[v] Jim Nichol, “Turkmenistan: Recent Developments and U.S. Interests” Congressional Research Service May 26, 2011 h. 6 diunduh dari www.crs.gov
[vi] Ibid.
[vii] Firat Yildiz, Turkmenistan dalam S. Frederick Starr. The New Silk Road: Transport and Trade In Greater Central Asia (Central Asia-Caucasus Institute & Silk Road Studies Program: 2007) h. 150.
[viii] Jim Nichol, h. 7.
[ix] Jim Nichol, Central Asia: Regional Developments and Implications for U.S. Interests” Congressional Research Service November 20, 2009. h. 32
[x] Jim Nichol, “Turkmenistan. h. 7.
[xi] Robert M. Cutler, “Turkmenistan-Afghanistan-Pakistan-India Gas Pipeline Gets Official Four-Way Go-Ahead”, diakses pada 20 November 2011 dari http://www.economonitor. com/blog/2011/01/turkmenistan-afghanistan-pakistan-india-gas-pipeline-gets-official-four-way-go-ahead/
[xii]Turkmenistan- Afghanistan – Pakistan-India [TAPI] Pipeline”, diakses pada 18 November 2011 dari http://mom.gov.af/en/page/4717
[xiii] Firat Yildiz, (Central Asia-Caucasus Institute & Silk Road Studies Program: 2007)h. 158
[xiv] M K Bhadrakumar , “Pipeline project a new Silk Road “, diakses pada 18 November 2011 dari http://www.atimes.com/atimes/South_Asia/LL16Df01.html
[xv]The New Silk Road”, diakses pada 19 November 2011 dari http://the-diplomat.com/2011/11/11/the-new-silk-road/
[xvi] John Foster.A Pipeline Through A Troubled Land: Afghanistan, Canada, And The New Great Energy Game.” Canadian Centre for Poligy Alternatif (CCPA), Volume 3, No. 1 June 19, 2008 h. 7-9.

[xvii] S. Frederick Starr. The New Silk Road: Transport and Trade In Greater Central Asia. hal.33

[xx] Paul A. Globe, “Back on the Map: The Geopolitics of Central Asia”, dalam jurnal Central Asia, No. 2 (8), 1997
[xxii] ibid
[xxiv] adalah operasi terbesar investasi proyek dengan partisipasi asing di wilayah bekas Uni Soviet. Biaya tahap pertama pembangunan sebesar $ 2,6 miliar... Panjang pipa utama yang menghubungkan ladang minyak di Kazakhstan Barat dengan Marine Terminal baru di Rusia adalah 1.510 km . diakses dari http://www.cpc.ru/portal/alias!press/lang!en-us/tabID!3357/DesktopDefault.
[xxv] Pipa panjang minyak mentah pipa dari Azeri-Chirag-Guneshli ladang minyak di Laut Kaspia ke Laut Mediterania dari www.wikipedia.com
[xxvi] dalah pipa gas alam untuk transportasi gas alam dari ladang gas Shah Deniz di Azerbaijan sektor dari Laut Kaspia ke Turki . It runs parallel to the Baku–Tbilisi–Ceyhan pipeline . Ini berjalan sejajar dengan pipa Baku-Tbilisi-Ceyhan .diakses dari www. wikipediacom
[xxvii] Diakses dari  http://indonesian.irib.ir/hidden-11/-/asset_publisher/3oYE/content/id/4890058
[xxviii] Diakses dari http://www.muhsinlabib.com
[xxix] India dan Amerika Serikat bekerjasama dalam bidang Militer. George Bush mengatakan bahwa ia berjajni akan menstransfer teknologi India asalkan india berkerjasama AS bekerja sama dengan AS dengan menyusun suatu
kesepakatan untuk membatasi pengembangan bahan fisil, menahan diri dari mentransfer proses pengayaan nuklir non-negara, dan untuk secara aktif terlibat dalam non-proliferasi diakses dari http
http://www.silkroadstudies.org/new/inside/publications/GCA.html