Aku ingin dunia yang terang, tak
samara dan tak redup. Aku butuh cahaya. Namun cahaya itu tak ada.
Bertahun-tahun orang mencari cahaya. Suatu ketika mereka mengira mendapat
cahaya. Kemudian datang orang lain berkata, ”itu bukan cahaya.” itu hanyalah
tawa kepedihan, bukan cahaya. Mungkin kenes atau sinis, tetapi bukan cahaya.
Cahaya tidak ada, kalau begitu apa jadinya hidup ini?
Mungkin ini semua semu.
Hanyalah khayalan atau ilusi. Atau bahkan cahaya itu hanya sekedar mimpi. Tetapi semua orang harus
bermimpi dan memiliki mimpi. Apalah artinya hidup ini tanpa sebuah mimpi. Mungkin
hidup akan terasa membosankan, atau bahkan terasa mati. Aneh, hidup dan mati kan
berbeda. Namun aku tak tahu
apa mimpiku. Kalaupun boleh disebut mimpi, mungkin satu-satunya mimpiku adalah ingin
di dekatnya, berada di sisinya. Tapi semua itu seakan mustahil. Meskipun di dunia ini tak ada yang
mustahil. Yah, mimpi adalah mimpi. Hanya sekedar khayalan, tak ada yang bisa
menduga. Hanya kenyataan lah yang dapat membuktikannya.
Banyak orang yang berkata,
mimpi adalah setengah dari kenyataan. Asalkan engkau mau memperjuangkan maka
mimpimu akan terwujud. Tapi itu bagiku hanyalah pelipur lara. Jaminan apa yang
akan diberikan ketika ku perjuangkan dan mimpiku tak juga tercapai. Tetap saja
hanya waktu yang membuktikan apakah mimpi akan terwujud atau tidak. Tapi apa
salahnya mencoba, kata mereka. Lagi-lagi ku pertanyakan, jika gagal bagaimana.
Bukankah itu membuang kesempatan ku untuk melakukan hal yang benar-benar jelas
tujuannya. Yah, apapun yang akan dikatakan orang, biarlah. Setidaknya inilah
yang ku yakini saat ini. Keyakinan yang mungkin berubah suatu saat nanti. Kenyataannya,
toh saat ini cahaya itu hanya sekedar mimpi bagiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar