tulisan ini merupakan Review terhadap tulisan James A Robinson dalam buku Francis
Fukuyama. Falling Behind: Explaining The Development Gap Between Latin
America and The United States (New York: Oxford University Press, 2008) pp.
161-193.
Bidang
yang paling menarik untuk dikaji dari kawasan Amerika, terutama Amerika Latinadalah
bidang ekonomi. Hal ini karena kesenjangan ekonomi antara negara-negara Amerika
Latindengan mantan penjajahnya ternyata lebih besar. Padahal sekarang ini
adalah era modern yang seharusnya kemajuan ekonomi dicapai lebih baik dari
sebelumnya. Hal lain yang menarik terjadinya perubahan sentralitas kemajuan
ekonomi. Jika sekarang negara yang mengalami kemajuan perekonomian yang pesat
adalah negara seperti Kanada dan AS, pada era kolonialisasi negara yang maju
secara ekonomi adalah neggara-negara seperti Meksiko, Peru, dan Bolivia.
Mungkinkah
hal ini disebabkan oleh kolonialisasi dari Eropa? Padahal, seharusnya
kedatangan Eropa ke Amerika berdampak positif, karena membawa kemajuan
teknologi yang yanng tumbuh di Eropa. Dengan hadirnya teknologi baru ini
memungkin masyarakat Amerika Latin bisa mengalami pertumbuhan ekonomi yang
cepat dan pesat. Namun yang terjadi jjustru sebaliknya, sejak terjadinya
kolonialisasi ini, justtru ketimpangan semakin meningkat. Banyak data yang
menunjukan setelah kedatangan orang Eropa, justru kesejahteraan semakin
menurun.
Selanjutnya
bagaimana menjelaskan kenyataan ini. Tidak hanya perbedaan tinkat kesenjangan
dengan mantan penjajahnya saja, tetapi juga terjadi kesenjangan dengan
negara-negara di Amerika Utara seperti Kanada dan Amerika Serikat.
Pertanyaannya adalah mengapa Amerika Latin mengalami stagnansi? Setidaknya ada
tiga hipotesis yang telah ditawarkan oleh para peneliti, yaitu hipotesis
Hipotesis Geografis, Lembaga (institusi), dan Budaya.
Hipotesis
Geografis berpendapat bahwa letak geografis suatu negara menentukan
kemakmurannya. Ada tiga versi utama dari hipotesis ini, yaitu pertama iklim
menjadi faktor penting pada usaha kerja, insentif, dan produktivitas. Di
Amerika Latin, umumnya beriklim tropis yang berarti beriklim panas yang akan
berdampak pada daya tahan tubuh. Kedua, geografi menentukan teknologi yang
tersedia, terutama untuk bidang
pertanian. Dan yang ketiga adalah diseas burden, faktor penyakit akan
mempengaruhi efektivitas dan produktivitas.
Selanjutnya
adalah hipotesis kelembagaan (institusi). Institusi adalah aturan dan
norma-norma yang menentukan insentif dan kendala yang dihadapi individu dalam
masyarakat. Institusi yang dimaksu bisa berupa institusi ekonomi maupun
politik. Menurut hipotesis ini, elemen institusi yang paling penting adalah
tentang hak kepemilikan (property rights) secara luas. Dengan adanya hak
kepemilikan ini, individu bisa mendapatkan insentif yang nyata dari investasi
yang dilakukan dan berkontribusi terhadapa perkembangan ekonomi.
Hipotesis
terakhir adalah hipotesis kebudayaan. Budaya didefiniskan sebagai keyakinan dan
nilai-nilai. Hipotesis kebbudayaan ini bersumber dari pandangan Max Weber yang
menyatakan bahwa reformasi protestan berperan penting dalam kebangkitan
kapitalisme. Keyakinan yang ada dalam ajaran protestan menekankan pada kerja
keras, berhemat dan menabung.
Namun
James A Robinson menganggap bahwa dalam konteks Amerika Latin, hanya hipotesis
kelembagaan yang berperan dominan. Sementara kedua hipotesis lainnya kurang
bisa dipertanggungjawabkan, karena tidak memiliki bukti sejarah yang kuat. Menurut
Robinson, faktor geografis tidaklah menjadi alsan kuat bagi terjadinya
stagnansi di Amerika Latin. Buktinya adalah apa yang dialami oleh kolombia.
Kolombia pernah mengalami pertumbuhan ekonomi yang lumayan maju pada abad ke
dua puluh. Padahal secara geogarfis, ibu kota Kolombia berada pada 9.000 kaki di
atas gunung dan 1.000 km dari pantai.
Mengenai
hipotesis budaya, Robinson juga menolaknya. Budaya seperti yang dijelaskan oleh
para peneliti berasal dari keyakinan dan nilai-nilai yang dibawa oleh penjajah.
Spanyol sebagai penakluk terbesar di Amerika Latin memang beraliran katolik, sedangkan Inggris yang
merupakan negara penjajah Amerika dan Kanada beraliran protestan. Secara kasat
mata, teori yang dijelaskan Weber ada benarnya. Namun menurut Robinson, jika
kita lihat lebih jauh, jangan hanya membandingkan dua aliran yang berbeda. Tapi
juga membandingkan antara negara jajahan dari aliran yang sama.
Contohnya
adalah antara AS dan Kanada dikomparasikan dengan kondisi di Sierra Leone
Guyana. Padahal mereka semua adalah bekas jajahan Inggris yang notabenenya
beraliran protestan. Dan ternyata, kondisi di kedua wilayah tersebut berbeda.
Hal ini jelas menunjukan aspek budaya tidak memilikimpengaruh yang signifikan
terhadapo kemajuan ekonomi, atau lebih tepatnya bukan menjadi faktor dominan
penyebab stagnansi di Amerika Latin.
Robinson
lebih tertarik dengan hipotesis kelembagaan. Menurutnya hipotesis ini lebih
meyakinkan dalam memberikan analisis-deskriptif terhadap stagnansi yang terjadi
dalam perkembangan perekonomian dan besarnya ketimpangan antara Amerika Latindengan
AS.selain itu, bukti sejarah sainntifik juga telah membuktikannya. Berdasarkan
data yang disajikan oleh Polical Risk Services menunjukan bahwa ada keterkaitan
antara jaminan keamanan property right (hak milik) dengan Pendapatan
Domestik Bruto (PDB) perkapita. Data ini menerangkan bahwa negara lembaga
ekonomi yang lebih baik memiliki pendapatan rata-rata yang lebih tinggi.
Selain
itu, masalah kesetaraan dalam masyarakat juga menjadi hal yang menentukan.
Dengan tidak adanya monopoli terhadap akan memberi akses peluang ekonomi yang
lebih menguntungkan. Selain institusi ekonomi, lembaga politik juga menentukan
tingkat kemakmuran. Karena semakin kecil kendala birokratik yang dihadapi akan semakin mudah investasi
masuk. Selain itu, transparansi eksekutif juga berpengaruh. Tranparansi ini
bisa dicapai melalui check and balance dan pemisahan kekuasaan. Fakta
menunjukan bahwa negara dimana kekuasaan eksekutif dibatasi cenderung makmur.
Pertanyaan
selanjutnya adalah mengapa lembaga baik institusi ekonomi mapun politik di Amerika
Latinlebih buruk dari pada institusi yang ada di AS dan Kanada misalnya. Hal
ini dapat dijelaskan dari faktor demografis. Kepadatan penduduk menjadi alasan
utamanya. Bangsa Eropa akan memperkenalkan institusi yang lebih baik di daerah
yang kepadatan penduduknya (terutama penduduk pribumi) sedikit. Sedangkan di
tempat dimana penduduk pribumi menjadi mayoritas, bangsa Eropa tidak
memeperkenalkan sistem kelembagaan yang lebih baik. Hal ditujukan untuk menjaga
kontrol Eropa terhadap sumberdaya potensial yang tersedia baik alam maupun
manusia. Di wilayah yang penduduk pribumi lebih besar, Eropa bisa
mengekploitasi mereka melalui pajak, upeti, atau dijadikan sebagai pekerja
paksa.
Sedangkan
di wilayah yang penduduk aslinya lebih sedikit, Eropa berusaha menciptakan
institusi ekonomi dan politik yang lebih baik. Meskipun diwilayah tersebut
tingkat keamanan lingkungannya tidak baik, justru hal ini menjadi tantangan
bagi mereka untuk bisa membangun sistrem yang dapat membuat mereka survive. mereka
akan saling menghargai property right masing-masing.
Uniknya
dari kondisi di Amerika Latin ini adalah bahwa perubahan demi perubahan telah
terjadi di Amerika Latin untuk menuju perubahan yang lebih baik. Namun mengapa
sistem institusi seperti ini masing tetap bertahan dan berlanjut hingga
sekarang ini. Bagaimana institusi-institusi seperti ini berasal dan bagaimana
kondisi ini terus berlanjut? Spanyol, sebagai pihak kolonial pada 1492
menciptakan seperangkat institusi ekonomi untuk mengeksploitasi kekayaan
penduduk asli dan membangun institusi politik yang totaliter dan sentralisasi
pada elit Spanyol untuk mengkonsolidasikan kekuatan mereka.
Setelah
Peru dan Bolivia berhasil ditaklukan, maka dibentuklah sistem ekonomi yang
membuat penduduk pribumi harus membayar sewa pada penjajah. Institusi-institusi yang muncul untuk
melancarkan eksploitasi ini seperti encomienda (yang memberikan hak bagi
kelompok penjajah untuk menjadikan tenaga asli sebagai pekerja)), mita (sistem
kerja paksa yang digunakan di pertambangan dan pekerjaan umum), dan repartimiento
(memaksakan penjualan barang-barang pada penduduk asli, biasanya dengan
harga yang sangat tinggi).
Faktor-faktor
yang menentukan kegiatan kolonial adalah apakah masyarakat pribumi memiliki
pertanian intensif permanen, lokasi desa dan kota yang stabil, mekanisme upeti
yang kuat, dan yang lebih penting adalah jumlah penduduk pribumi yang besar. Lembaga
lainnya dibentuk sebagai penunjang adalah institusi hukum yang diskriminatif
terhadap penduduk lokal (asli) dan kesaksian mereka yang terbatas di
pengadilan. Lebih jauh lagi pemerintah Spanyol berusaha melakukan monopoli dan
membuat kebijakan merkantilisme untuk meningkatkan keuntungan bagi kerajaan Spanyol.
Institusi-institusi yang dibentuk tidak memberikan peluang bagi penduduk asli
untuk terlibat atau berinvestasi di pekerjaan yang mereka inginkan. Bahkan
keamanan property right penduduk
pribumi tidak terjamin.
Kondisi
ini terus bertahan hingga sekarang. Hal ini bisa dijelaskan dengan persistensi
equilibrium (keseimbangan) adalah hasil apa yang tetap dilakukan hingga
sekarang. Meskipun setiap kali terjadi perubahan politik di Amerika Latin yang
diiringi dengan penghapusan sistem yang bersifat eksploitatif, tapi tetap saja
pemerintahan yang baru kembali membentuk sistem yang baru yang merupakan
pembaharuan dari sistem ekploitasi yang ada sebelumnya. Jadi, institusi politik
sangat berperan dalam mempertahankan kondisi ini. Persistensi political
equilibrium yang mendasari strategi redistribusi pendapatan dan kontrol
yang ditekankan. Pemerintah dalam tidak melakukan investasi di public goods.
Menurut
Robinson, untuk melengkapi pemahaman kita terhadap kondisi di Amerika Latin, perlu memperluas gagasan kita tentang persistensi keseimbangan institusional. meskipun lembaga-lembaga
ekonomi dan politik tertentu dapat berubah, dan bahkan jika elit yang ada
hancur, struktur yang mendasari dan insentif yang memunculkan keseimbangan
sebelumnya masih tetap memungkinkan. Hal ini sesuai
dengan teori iron law of oligarchy milik Robert Michels yang menyatukan
bahwa perubahan sosial yang radikal karena elit baru yang muncul hanya akan
melakukan sedikit perubahan.
Salah
satu cara untuk keluar dari kondisi ini bagi Amerika Latin adalah dengan harus
melakukan restrukturisasi institusi politik secara bertahap dan mengembangkan
transparansi dalam pemerintahan. Masyarkat dan pemerintah Amerika Latin harus
melakukan transisi menuju political equilibrium yang akan menhasilakn public
goods, jaminan keamanan property right tidak adanya monopoli. Selain
itu, juga harus melakukan reformai politik dengan membatasi peran presiden
melalui check and balances serta sikap yang transparan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar