Rabu, 13 Juni 2012

Review: The Latin American Equilibrium


tulisan ini merupakan Review terhadap tulisan James A Robinson dalam buku Francis Fukuyama. Falling Behind: Explaining The Development Gap Between Latin America and The United States (New York: Oxford University Press, 2008) pp. 161-193.

Bidang yang paling menarik untuk dikaji dari kawasan Amerika, terutama Amerika Latinadalah bidang ekonomi. Hal ini karena kesenjangan ekonomi antara negara-negara Amerika Latindengan mantan penjajahnya ternyata lebih besar. Padahal sekarang ini adalah era modern yang seharusnya kemajuan ekonomi dicapai lebih baik dari sebelumnya. Hal lain yang menarik terjadinya perubahan sentralitas kemajuan ekonomi. Jika sekarang negara yang mengalami kemajuan perekonomian yang pesat adalah negara seperti Kanada dan AS, pada era kolonialisasi negara yang maju secara ekonomi adalah neggara-negara seperti Meksiko, Peru, dan Bolivia.
Mungkinkah hal ini disebabkan oleh kolonialisasi dari Eropa? Padahal, seharusnya kedatangan Eropa ke Amerika berdampak positif, karena membawa kemajuan teknologi yang yanng tumbuh di Eropa. Dengan hadirnya teknologi baru ini memungkin masyarakat Amerika Latin bisa mengalami pertumbuhan ekonomi yang cepat dan pesat. Namun yang terjadi jjustru sebaliknya, sejak terjadinya kolonialisasi ini, justtru ketimpangan semakin meningkat. Banyak data yang menunjukan setelah kedatangan orang Eropa, justru kesejahteraan semakin menurun.
Selanjutnya bagaimana menjelaskan kenyataan ini. Tidak hanya perbedaan tinkat kesenjangan dengan mantan penjajahnya saja, tetapi juga terjadi kesenjangan dengan negara-negara di Amerika Utara seperti Kanada dan Amerika Serikat. Pertanyaannya adalah mengapa Amerika Latin mengalami stagnansi? Setidaknya ada tiga hipotesis yang telah ditawarkan oleh para peneliti, yaitu hipotesis Hipotesis Geografis, Lembaga (institusi), dan Budaya.
Hipotesis Geografis berpendapat bahwa letak geografis suatu negara menentukan kemakmurannya. Ada tiga versi utama dari hipotesis ini, yaitu pertama iklim menjadi faktor penting pada usaha kerja, insentif, dan produktivitas. Di Amerika Latin, umumnya beriklim tropis yang berarti beriklim panas yang akan berdampak pada daya tahan tubuh. Kedua, geografi menentukan teknologi yang tersedia,  terutama untuk bidang pertanian. Dan yang ketiga adalah diseas burden, faktor penyakit akan mempengaruhi efektivitas dan produktivitas.
Selanjutnya adalah hipotesis kelembagaan (institusi). Institusi adalah aturan dan norma-norma yang menentukan insentif dan kendala yang dihadapi individu dalam masyarakat. Institusi yang dimaksu bisa berupa institusi ekonomi maupun politik. Menurut hipotesis ini, elemen institusi yang paling penting adalah tentang hak kepemilikan (property rights) secara luas. Dengan adanya hak kepemilikan ini, individu bisa mendapatkan insentif yang nyata dari investasi yang dilakukan dan berkontribusi terhadapa perkembangan ekonomi.
Hipotesis terakhir adalah hipotesis kebudayaan. Budaya didefiniskan sebagai keyakinan dan nilai-nilai. Hipotesis kebbudayaan ini bersumber dari pandangan Max Weber yang menyatakan bahwa reformasi protestan berperan penting dalam kebangkitan kapitalisme. Keyakinan yang ada dalam ajaran protestan menekankan pada kerja keras, berhemat dan menabung.
Namun James A Robinson menganggap bahwa dalam konteks Amerika Latin, hanya hipotesis kelembagaan yang berperan dominan. Sementara kedua hipotesis lainnya kurang bisa dipertanggungjawabkan, karena tidak memiliki bukti sejarah yang kuat. Menurut Robinson, faktor geografis tidaklah menjadi alsan kuat bagi terjadinya stagnansi di Amerika Latin. Buktinya adalah apa yang dialami oleh kolombia. Kolombia pernah mengalami pertumbuhan ekonomi yang lumayan maju pada abad ke dua puluh. Padahal secara geogarfis, ibu kota Kolombia berada pada 9.000 kaki di atas gunung dan 1.000 km dari pantai.
Mengenai hipotesis budaya, Robinson juga menolaknya. Budaya seperti yang dijelaskan oleh para peneliti berasal dari keyakinan dan nilai-nilai yang dibawa oleh penjajah. Spanyol sebagai penakluk terbesar di Amerika Latin memang  beraliran katolik, sedangkan Inggris yang merupakan negara penjajah Amerika dan Kanada beraliran protestan. Secara kasat mata, teori yang dijelaskan Weber ada benarnya. Namun menurut Robinson, jika kita lihat lebih jauh, jangan hanya membandingkan dua aliran yang berbeda. Tapi juga membandingkan antara negara jajahan dari aliran yang sama.
Contohnya adalah antara AS dan Kanada dikomparasikan dengan kondisi di Sierra Leone Guyana. Padahal mereka semua adalah bekas jajahan Inggris yang notabenenya beraliran protestan. Dan ternyata, kondisi di kedua wilayah tersebut berbeda. Hal ini jelas menunjukan aspek budaya tidak memilikimpengaruh yang signifikan terhadapo kemajuan ekonomi, atau lebih tepatnya bukan menjadi faktor dominan penyebab stagnansi  di Amerika Latin.
Robinson lebih tertarik dengan hipotesis kelembagaan. Menurutnya hipotesis ini lebih meyakinkan dalam memberikan analisis-deskriptif terhadap stagnansi yang terjadi dalam perkembangan perekonomian dan besarnya ketimpangan antara Amerika Latindengan AS.selain itu, bukti sejarah sainntifik juga telah membuktikannya. Berdasarkan data yang disajikan oleh Polical Risk Services menunjukan bahwa ada keterkaitan antara jaminan keamanan property right (hak milik) dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) perkapita. Data ini menerangkan bahwa negara lembaga ekonomi yang lebih baik memiliki pendapatan rata-rata yang lebih tinggi.
Selain itu, masalah kesetaraan dalam masyarakat juga menjadi hal yang menentukan. Dengan tidak adanya monopoli terhadap akan memberi akses peluang ekonomi yang lebih menguntungkan. Selain institusi ekonomi, lembaga politik juga menentukan tingkat kemakmuran. Karena semakin kecil kendala birokratik  yang dihadapi akan semakin mudah investasi masuk. Selain itu, transparansi eksekutif juga berpengaruh. Tranparansi ini bisa dicapai melalui check and balance dan pemisahan kekuasaan. Fakta menunjukan bahwa negara dimana kekuasaan eksekutif dibatasi cenderung makmur.
Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa lembaga baik institusi ekonomi mapun politik di Amerika Latinlebih buruk dari pada institusi yang ada di AS dan Kanada misalnya. Hal ini dapat dijelaskan dari faktor demografis. Kepadatan penduduk menjadi alasan utamanya. Bangsa Eropa akan memperkenalkan institusi yang lebih baik di daerah yang kepadatan penduduknya (terutama penduduk pribumi) sedikit. Sedangkan di tempat dimana penduduk pribumi menjadi mayoritas, bangsa Eropa tidak memeperkenalkan sistem kelembagaan yang lebih baik. Hal ditujukan untuk menjaga kontrol Eropa terhadap sumberdaya potensial yang tersedia baik alam maupun manusia. Di wilayah yang penduduk pribumi lebih besar, Eropa bisa mengekploitasi mereka melalui pajak, upeti, atau dijadikan sebagai pekerja paksa.
Sedangkan di wilayah yang penduduk aslinya lebih sedikit, Eropa berusaha menciptakan institusi ekonomi dan politik yang lebih baik. Meskipun diwilayah tersebut tingkat keamanan lingkungannya tidak baik, justru hal ini menjadi tantangan bagi mereka untuk bisa membangun sistrem yang dapat membuat mereka survive. mereka akan saling menghargai property right masing-masing.
Uniknya dari kondisi di Amerika Latin ini adalah bahwa perubahan demi perubahan telah terjadi di Amerika Latin untuk menuju perubahan yang lebih baik. Namun mengapa sistem institusi seperti ini masing tetap bertahan dan berlanjut hingga sekarang ini. Bagaimana institusi-institusi seperti ini berasal dan bagaimana kondisi ini terus berlanjut? Spanyol, sebagai pihak kolonial pada 1492 menciptakan seperangkat institusi ekonomi untuk mengeksploitasi kekayaan penduduk asli dan membangun institusi politik yang totaliter dan sentralisasi pada elit Spanyol untuk mengkonsolidasikan kekuatan mereka.
Setelah Peru dan Bolivia berhasil ditaklukan, maka dibentuklah sistem ekonomi yang membuat penduduk pribumi harus membayar sewa pada penjajah.  Institusi-institusi yang muncul untuk melancarkan eksploitasi ini seperti encomienda (yang memberikan hak bagi kelompok penjajah untuk menjadikan tenaga asli sebagai pekerja)), mita (sistem kerja paksa yang digunakan di pertambangan dan pekerjaan umum), dan repartimiento (memaksakan penjualan barang-barang pada penduduk asli, biasanya dengan harga yang sangat tinggi).
Faktor-faktor yang menentukan kegiatan kolonial adalah apakah masyarakat pribumi memiliki pertanian intensif permanen, lokasi desa dan kota yang stabil, mekanisme upeti yang kuat, dan yang lebih penting adalah jumlah penduduk pribumi yang besar. Lembaga lainnya dibentuk sebagai penunjang adalah institusi hukum yang diskriminatif terhadap penduduk lokal (asli) dan kesaksian mereka yang terbatas di pengadilan. Lebih jauh lagi pemerintah Spanyol berusaha melakukan monopoli dan membuat kebijakan merkantilisme untuk meningkatkan keuntungan bagi kerajaan Spanyol. Institusi-institusi yang dibentuk tidak memberikan peluang bagi penduduk asli untuk terlibat atau berinvestasi di pekerjaan yang mereka inginkan. Bahkan keamanan property  right penduduk pribumi tidak terjamin.
Kondisi ini terus bertahan hingga sekarang. Hal ini bisa dijelaskan dengan persistensi equilibrium (keseimbangan) adalah hasil apa yang tetap dilakukan hingga sekarang. Meskipun setiap kali terjadi perubahan politik di Amerika Latin yang diiringi dengan penghapusan sistem yang bersifat eksploitatif, tapi tetap saja pemerintahan yang baru kembali membentuk sistem yang baru yang merupakan pembaharuan dari sistem ekploitasi yang ada sebelumnya. Jadi, institusi politik sangat berperan dalam mempertahankan kondisi ini. Persistensi political equilibrium yang mendasari strategi redistribusi pendapatan dan kontrol yang ditekankan. Pemerintah dalam tidak melakukan investasi di public goods.
Menurut Robinson, untuk melengkapi pemahaman kita terhadap kondisi di Amerika Latin, perlu memperluas gagasan kita tentang persistensi keseimbangan institusional. meskipun lembaga-lembaga ekonomi dan politik tertentu dapat berubah, dan bahkan jika elit yang ada hancur, struktur yang mendasari dan insentif yang memunculkan keseimbangan sebelumnya masih tetap memungkinkan. Hal ini sesuai dengan teori iron law of oligarchy milik Robert Michels yang menyatukan bahwa perubahan sosial yang radikal karena elit baru yang muncul hanya akan melakukan sedikit perubahan.
Salah satu cara untuk keluar dari kondisi ini bagi Amerika Latin adalah dengan harus melakukan restrukturisasi institusi politik secara bertahap dan mengembangkan transparansi dalam pemerintahan. Masyarkat dan pemerintah Amerika Latin harus melakukan transisi menuju political equilibrium yang akan menhasilakn public goods, jaminan keamanan property right tidak adanya monopoli. Selain itu, juga harus melakukan reformai politik dengan membatasi peran presiden melalui check and balances serta sikap yang transparan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar