Review dari Tulisan Tareq Y. Ismael yang berjudul "The People’s Republic of China and the Midle East'
Hubungan China dengan
negara-negara di Timur tengah dan Afrika dimulai ketika dilakukannya Konferensi
Asia-Afrika di Bandung pada 1955. Negara-negara Arab tidak mengakui
pemerintahan komunis di China, justru sebaliknya mereka malah mengakui
pemerintahan Chiang Kai-Shek di Taiwan. Dan satu-satunya negara di kawasan
Timur Tengah yang mengakui China adalah Israel. Oleh karena itu, China
berinisiatif untuk menjalin hubungan dengan negara-negara Afrika-Timur Tengah
dengan memanfaatkan Konferensi Bandung 1955.
Negara pertama yang berusaha
didekati oleh China adalah Mesir. Hubungan yang pertama kali dibina adalah
hubungan ekonomi. Dan sekitar sebulan kemudian, hubungan diplomatik antara
Mesir dan China resmi terjalin. Dua bulan setelah hubungan diplomatik ini
terbangun, Suriah juga mengikuti mesir dengan mengakui China. Dukungan China terhadap Mesir terutama
ketika terjadi krisis terusan suez. China secara konsisten mendukung Mesir. Inisiasi-inisiasi lainnya yang coba
dilakukan China untuk menarik simpati negara Afrika-tengah dalah dengan
mengakui kemerdekaan sudan pada 1956, menjalin hubungan dagang dengan Maroko
dan Tunisia, dan mendukung perjuangan nuntuk melawan imperialisme seperti yang
dilakukan oleh algeria dan negara-negara yang lainya.
Namun, inisiasi-inisiasi China
ini tidak serta merta membuatnya memiliki peranan yang signifikan di kawasan
tersebut. Hal ini dikarenakan kuatnya pengaruh Amerika Serikat dan uni Soviet.
Persaingan yang paling menonjol adalah dengan Uni Soviet. Disatu sis antara
China-Soviet berusaha meng-counter Amerika
Serikat, tapi di sisi lain kedua negar tersebut juga saling bersaing. Salah
satu contoh persaingan teersebut adalah dalam kasus Algeria. Hal ini berkaitan
dengan tawaran dari Presiden Charles de Gaulle untuk Self-determination bagi
Algeria. Uni Soviet mendukung, sementara China menolak usulan ini.
Pertentangan antara China Dan
Soviet dalam mendukung anti-imperilaisme dipengaruhi oleh pengalaman sejarah
keduanya. China berusa untuk menekankan pada perjuangan dengan mengangkat
senjata, sementara Soviet lebih menekankan pada upaya damai melalui diplomasi.
Keduanya memamng sama-sama menekankan pada ideologi komunisme, tapi perbedaanya
adalah bahwa reolusi menurut Soviet harus terlebih dahulu dilakukan dengan
revolusi terhaap kaum borjuis. Sedangkan menurut China revolusi harus langsung
dilakukan oleh kelompok komunis (Communist
party) baik oleh masyarakat, buruh maupun kalangan borjuis. Klaim China
adalah Imperialis sama dengan perang, sedangkan sosialis sama dengan damai.
Jadi sosialis harus diusung dengan melakukan revolusi komunis melalui
perjuangan senjata melawan imperialisme.
Salah satu inisiasi yang
sangat fenomenal adalah dukungan material yang diberikan China kepada Palestina
dalam upaya untuk mendukung perjuangan Palestina. Isu tentang Palestina adalah
isu yang paling sengit. Hal ini karena danya dukungan dari Amerika Serikat
kepada Israel. Sedangkan China dalam dialognya dengan Shuqairy
menyatakan komitmennya untuk mengirim bantuan material (senjata). Hal ini
didukung dengan ucapan Choun En-lay bahwa China akan memberikan persahabatan
dan bantuan. Tidak seperti Soviet yang hanya memberikan hubungan persahabatan,
namun tidakmemberikan bantuan.
Dukungan lainnya yang
diberikan oleh China untuk memunculkan peran dan pengaruhnya di kawasan
tersebut dengan memberikan dukungan pada
Dhofar Benevolence dalam Dhofari Revolution. Gerakan revolusi ini
terjadi di Oman. Pada awalnya organisasi ini tidakmendapat dukungan samasekali
dari dunia internasional. Namun dukungan selanjutnya datang dari Yaman dan
China. Yaman mendukung berdasarkan pada alasan ideologis dan geopolitik dan
berperan sebagai perantara antara China dan Dhofari. Sedangkan China memberikan
bantuan nasehat militer, mengadakan pelatihan militer di peking bagi gerilyawan
Dhofari.
Prinsip polugri china
berdasarkan pada teori yng menyatakan bahwa tatanan dunia hanya dapat dicapai
melalui perjuangan revolusioner oleh penduduk yang tertindas melawan
eksploitasi. Semua kebijakan dilandaskan pada retotika revolusioner yang
mempercayai motivasi kepentingan nasional. Tem yang menjadi prinsip politik
luar negeri China di Tmiur-tengah dan Afrika adalah anti-imperialisme.
Setidaknya ada lima prinsip China dalam berhubungan dengan negar-negar Arab.
1. China mendukung rakyat arab dalam
perjuangan mereka melawan imperialisme dan neo-kolonialisme, memenanginya dan
melindungi kemerdekaan mereka.
2. China mendukung kebijakan damai,
netralitas, dan non-blok pemerintah negara-negara arab.
3. China mendukung keinginan rakyat arab
untuk meraih solidaritas dan persatuan dalam gaya pilihan mereka.
4. China mendukung negara-negara arab dalam
upaya mereka menyelesaikan sengketa mereka melalui konsultasi damai.
5. China beprinsip bahwa kedaulatan
negara-negar arab harus dihormati oleh semua negara dan pelnggaran teritori dan
intervensi harus dilawan.
Sebenarnya, ketika China
mengeluarkan kelima prinsip politik luar negeri tersebut pada 1964, China belum
memiliki kepentingan baik ekonomi maupun strategis. Kepentingan utama China
dalam melakukan hubungan dengan kedua kawasan tersebut adalah didasarkan pada
kepentingan persaingan dengan Uni Soviet. Persaingan ini lebih kepada perbedaan
pandangan antara china-Soviet dalam kaitan posisi barat di Afrika dan
Timur-tengah. Dalam pandangan China, hubungan ko-eksistensi dengan barat
(pendekatan baru Uni Soviet) adalah ancaman bagi perkembangan komunisme dan
terutama bagi kepentingan China di Asia. Jadi kepentingan China di kawasan
tersebut adalah untuk menghilangkan pengaruh barat dan berusaha menjadikan Uni
Soviet untuk beroposisi terhadap barat.
Namun selanjutnya, hubungan
china dengan kawasan ini semakin memiliki peran yang penting bagi China.
Terutama sebagaisumber supply energi bagi China. Hubungan ekonomi ini semakin
lama semakin meningkat dan tentu memiliki nilaikomersilyang tinggi bagi China.