Banyak orang yang bertanya, “apakah mungkin kita hidup itu selalu
beribadah?” Sedangkan kita harus
bekerja, belajar, dan banyak lagi aktivitas yang lainnya. Secara rasional, kita
memang tidak mungkin beriadah terus-menerus, sholat sepanjang waktu, puasa setiap
hari, dzikir setiap saat, dan selanjutnya. Sedangkan kita juga harus
makan, bekerja untuk menafkahi keluarga, berolah raga, berinteraksi,
bersosialisasi, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan semacam inilah yang tidak
memungkinkan kita untuk selalu beribadah. Apalagi kita sebagai manusia yang
memiliki rasa jenuh, bosan, dan malas. Kita pasti membutuhkan istirahat,
hiburan, dan refreshing.
Semua pertanyaan dan persepsi di atas muncul karena pemahaman kita yang
sempit terhadap pengertian ibadah. Ibadah selalu kita identikkan dengan ritual
agamis. Ibadah adalah segala perbuatan yang sifatnya ritualitas; itulah
pemahaman yang secara umum kita gunakan. Pemahaman seperti itu memang tidak
salah, hanya saja kurang sempurna. Ibadah sebenarnya memiliki pengertian yang
lebih luas. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh perbuatan, aktivitas,
dan kegiatan yang dicintai dan diridhai Allah SWT.
Islam adalah agama yang sangat toleran dan applicable. Islam selalu
memberikan kemudahan kepada para pemeluknya. Islam juga telah menepis semua
rasionalisasi di atas. Islam memberikan solusi yang konstruktif dan adaptif.
Secara logika, apa yang dirasionalisasikan di atas memang tidak mungkin. Namun
dalam pandangan islam justru sebaliknya. Semuanya menjadi mudah, sederhana, dan
tidak sulit dijalankan. Landasannya adalah Hadist Nabi Muhammad SAW berikut
ini:
وَ إِذَا إِبْتَدَأَ
فِى شَيْئٍ قَالَ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. وَ إِذَاأُعْطِيَ
نِعْمَةً قَالَ الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ, شُكْرًا لِلنِّعْمَةِ
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua perbuatan, aktivitas,
maupun kegiatan yang kita lakukan akan menjadi ibadah jika dimulai dengan
mengucapkan basmalah, dan selanjutnya diakhiri dengan bacaan hamdalah. Hadist
ini menyiratkan bahwa ibadah memiliki dua dimensi yaitu dimensi Ilahiyah
(Ketuhanan) dan dimensi Mu`amalah (Kemasyarakatan). Ibadah yang memiliki
dimensi Ilahiyah disebut dengan Ibadah Mahdhah, seperti sholat,
puasa, membaca al-Qur’an, dzikir, dan ibadah yang sifatnya ritualitas.
Sedangkan ibadah yang memiliki dimensi Mu`amalah dikenal dengan istilah ghairu
mahdhah, seperti zakat, sedekah, makan, minum, bekerja, berolah raga, dan
masih banyak lagi kegitan lainnya.
Hadist di atas telah jelas membuktikan bahwa ibadah itu sangat luas
cakupannya. Namun tidak hanya itu, sebagai agama yang kaffah (sempurna),
islam telah mengatur semua sendi kehidupan kita. Apa pun yang kita lakukan
mulai dari bangun tidur, hingga kita tidur lagi telah ada tuntunan dan do’anya.
Ini semakin menunjukkan bahwa sangat benar jika tujuan hidup kita pada dasarnya
adalah untuk ibadah (illa liya’buduun).
Oleh karena itu Ikhwan, marilah kita jadikan hidup kita sebagai hidup
yang penuh dengan nilai ibadah. Kita
mulai dengan melakukan hal terkecil yang bisa kita lakukan. Islam itu sungguh
indah dan aplikatif. Semoga Allah selalu membukakan hati kita untuk melakukan
kebaikan dan melihat keburukan yang harus di hindari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar