Selasa, 20 Maret 2012

Respon Iran Terhadap Perkembangan Terakhir Di Timur Tengah


Studi Kasus: Krisis Politik Di Syria

Beberapa bulan terakhir kita semua telah melihat terjadinya perubahan politik yang sangat drastis di Middle East. Perlawanan terhadap pemerintah yang otoriter dan telah lama berkuasa dilakukan oleh kalangan sipil melalui aksi massa yang jumlah yang besar. Gerakan ini setidaknya telah berhasil di Tunisia, Mesir, dan Libya. Dan saat ini masih ada beberapa negara yang juga sedang mengalami kondisi serupa, seperti Yaman dan Syria. Krisis politik kontemporer di dunia arab ini disebut dengan Arab Spring yaitu suatu revolusi menuju demokrasi di dunia Arab.
Peristiwa ini banyak mendapat respon dan perhatian dari dunia internasional. Begitu juga dengan Iran, mereka sangat mendukung gerakan anti kediktatoran di dunia Arab.[1] Bahkan Iran dengan tegas menyatakan bahwa peristiwa ini adalah perluasan alamiah dari revolusi Iran pada 1979.[2] Sebelumnya banyak pengamat yang mengira bahwa Iran akan bersikap pasif dengan peristiwa ini. Hal ini mengingat bahwa Iran juga pernah mengalami aksi protes yang cukup besar pada 2009.[3] Namun, ada yang aneh dari respon Iran terhadap fenomena ini. Iran tidak mendukung aksi protes yang terjadi di Syria. Justru sebaliknya, Iran menyebut hal ini adalah upaya sabotase yang dilakukan oleh pihak asing.[4] Inilah yang akan menjadi fokus penulis; ”Mengapa Iran mendukung ’kedikatoran’ Bahsar al-Assad di Syria?”
Krisis politik di Syria ini telah berlangsung sejak Maret 2011. Krisis ini dimulai di sebuah kota di Daraa yang mayoritas Sunni. Namun, aksi protes yang dilakukan oleh para demonstran ini mendapat respon yang berbeda dari Pemerintah Syria. Untuk menekan aksi demonstrasi, regim Bashar Al-Assad menggunakan pendekatan represif dan militeristik. Dan tentu saja hal ini menimbulkan banyak korban jiwa, baik dari kelompok demonstran maupun pihak militer. Menurut Badan HAM PBB, diperkirakan telah lebih dari 6000 jiwa yang tewas.[5] Namun, menurut pemerintah Syria ini adalah gerakan kriminal bersenjata dan terorisme, dengan demikian mereka memiliki kewenangan untuk menggunakan kekerasan karena mengancam negara.[6] Dan klaim ini didukung oleh Pemerintah Iran dengan menyebut gejolak di Syria ini sebagai sabotase pihak asing.
Sebelum menganalisa kasus ini, akan diberikan deskripsi singkat dari teori realis yang akan penulis gunakan sebagai alat analisa. Objek analisa utama Realisme adalah State, power, dan national intersests. State bersifat rasional, artinya selalu mengkalkulasikan cost and benefit dari setiap tindakannya demi national interst. Oleh karena itu, konsep power[7] sangat dominan dalam realisme. Oleh karena itu, power and national interest dianggap sebagai sarana sekaligus tujuan dari tindakan suatu negara untuk bertahan hidup (survival) dalam politik internasional.[8]
Berdasarkan pada Asumsi di atas setidaknya ada dua hal yang menyebabkan Iran mendukung tindakan represif pemerintahan Bashar al-Assad, yaitu faktor rasionalitas negara dan kepentingan nasional. Prinsip politik luar negeri Iran adalah neither east nor west, but the Islamic republic dan export of revolution. Namun, lebih ditekankan pada kebencian terhadap Amerika Serikat dengan sebutan The Great Satan.[9] Sedangkan di lingkungan Timur Tengah, Amerika Serikat menurut Iran direpresentasikan oleh Israel.
Di sinilah kepentingan Iran terhadap Syriah semakin terlihat jelas. Salah satu alasan Iran mendukung[10] Rezim Syria di bawah pemerintahan al-Assad adalah karena Syria merupakan mitra strategis Iran di Timur Tengah. Oleh karena itu, Iran berusaha menjaga kepentingan strategis ini. Peran strategis Syria adalah sebagai penghubung Iran dengan HAMAS dan Hizbullah, yang merupakan musuh Israel. Dengan demikian, tampaknya aliansi saat ini antara kedua negara ini, meskipun dengan adanya pergolakan domestik di Syria, akan tetap utuh.[11] Iran, akan berusaha untuk melestarikan rezim Assad, dengan secara terbuka meremehkan pentingnya gerakan protes di Syria.[12] Hal ini ditunjukan dengan menuduh para demonstran sebagai "agitators" and "terrorists".[13]
Alasan lainnya adalah Syria merupakan salah satu mitra dagang Iran. Pada juli 2011 lalu, kedua negara menandatangani kerjasama perdaganagan gas senilai $10 miliar.[14] Selain itu, kedua negara juga sedang mengupayakan kerjasama di sektor energi seperti proyek pembanguna pipa gas alam.[15] Dan masih banyak lagi proyek-proyek kerjasama ekonomi lainnya. Hubungan ini akan berusaha dipertahankan oleh. Apalagi dalam kondisi Iran yang sedang mengalami embargo dan isolasi ekonomi internasional akibat dari program nuklirnya.[16] Dengan demikian, Iran tentunya akan berupaya untuk mempertahankan Rezim Assad tetap berkuasa meskipun mereka lemah. Karena jika rezim ini jatuh dan pemerintahan berada di tangan oposisi, maka kepentingan ekonomi Iran akan terancam.[17]
Namun, Jika melihat keinginan Iran untuk lebih dekat dengan dunia Arab, nampaknya kebijakan ini justru akan berdampak sebaliknya. Padahal salah satu tujuan Iran ketika beraliansi dengan Syria untuk mendekatkan hubungan Iran dengan negara-negara Arab. Karena Syria adalah salah satu negara arab yang berpenduduk mayoritas sunni. Dengan dekatnya hubungan Syria dan Iran diharap akan menjembatani hubungan yang lebih baik antara Iran dengan negara-negara arab lainnya yang berhaluan sunni. Karena ini sesuai dengan cita-cita Iran yang ingin menciptakan ”Islamic Unity” sebagai perlawanan terhadap dominasi barat.
Jika demikian, dengan melihat kondisi politk Syria saat ini semakin melemah, sangat sulit bagi Iran untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan negara-negara arab. Apalagi syria saat ini mendapat sanksi dari Liga Arab.[18] Kondisi ini akan menjadi dilemma tersendiri bagi Iran antara tetap mempertahankan dukungannya terhadap rezim Assad atau berusaha untuk bersikap pasif. Apalagi jika melihat semangat para demonstran yang tetap bertahan. Semakin lama protes yang dilakukan oleh demonstran, maka Iran akan semakin dipaksa untuk memikirkan kembali hubungannya dengan Assad. Karena jika akhirnya rezim Assad jatuh dan Iran masih dalam posisi mendukung, tentu hal ini akan berdampak negatif bagi Iran. Oleh karena itu, Iran tetap harus menerapkan kebijakan proaktif terbatas dengan tidak terlibat secara langsung.
Lantas bagaimanakah solusi dari krisis politik di Syria ini. Obama pernah menyatakan dengan tegas bahwa Presiden [Bashar] Assad sekarang memiliki pilihan: memimpin yang transisi [demokrasi], atau mundur.[19] Akan tetapi jika Assad tetap menggunakan pendekatan represif dan militeristik, maka tampaknya intervensi asing bisa iterapkan, setidaknya ada tiga alasan mengapa intervensi asing perlu dilakukan jika Assad tetap menggunakan kekerasan. Pertama, Suriah adalah anggota pendiri Perserikatan Bangsa-Bangsa di mana Dewan Keamanan memiliki tanggung jawab khusus untuk memelihara perdamaian dunia. Ketika seorang anggota tetap Dewan Keamanan menyerukan pada anggota negara untuk menghentikan pembunuhan terhadap rakyatnya sendiri, ini merupakan bagian integral dari tanggung jawabnya berdasarkan Piagam PBB.[20]
Kedua melimpahkan kedaulatan, di negara-negara hak untuk mengelola urusan internal mereka tanpa campur tangan asing, tetapi tidak izin berburu untuk membunuh rakyat mereka sendiri. Ketika sebuah negara terlibat dalam pembunuhan pada perusahaan luas, skala dan metode yang digunakan oleh aparat keamanan Suriah dan pasukan maut, negara manapun - tidak hanya anggota tetap Dewan Keamanan - memiliki hak untuk campur tangan untuk menghentikan pembunuhan di bawah prinsip kemanusiaan intervensi. Ketiga, ketika rezim Suriah mendorong orang sendiri untuk mencari perlindungan di Lebanon dan Turki untuk menghindari kekejaman, ia menciptakan situasi dimana tidak hanya keamanan negara yang terkena dampak yang dipertaruhkan, tapi seluruh wilayah juga.[21]




Daftar pustaka


Alfoneh, Ali. Middle Eastern Upheavals: Mixed Response in Iran.
Barzegar, Kayhan. “Iran's Interests and Values and the 'Arab Spring',” Artikel diakses pada 8 januari 2012 dari http://belfercenter.ksg.harvard.edu/publication/20954/Irans_interests_and_values_and_the_arab_spring.html
 Bom Bunuh Diri Guncang Damaskus, 40 Tewas.” Artikel diakses pada 6 januari 2012 dari http://www.beritasatu.com/mobile/dunia/22895-bom-bunuh-diri-guncang-damaskus-40-tewas.html
Dehghan, Saeed Kamali. “Tehran supports the Arab spring...but not in Syria,” Artikel Diakses pada 6 Januari 2012 dari  http://www.guardian.co.uk/commentisfree/ 2011/apr/18/Iran-arab-spring-Syria-uprisings
Ensher, Henry A. “Iran-Syria Relations and The Arab Spring,” Artikel Diakses pada 8 Januari 2012 dari http://www.Irantracker.org/foreign-relations/Iran-Syria-relations-and-arab-spring
Foster, John. A Pipeline through A Troubled Land: Afghanistan, Canada, And The New Great Energy Game.” Canadian Centre for Poligy Alternatif (CCPA), Volume 3, No. 1 June 19, 2008 h. 7-9.
Fulton, Will  dkk. “Syria-Iran Foreign Relations.” Artikel diakses pada 8 januari 2012 dari http://www.Irantracker.org/foreign-relations/Syria-Iran-foreign-relations

Goodarzi, Jubin. Iran and Syria,” Artikel diakses pada 7 Januari 2012 dari http:// Iranprimer.usip.org/resource/Iran-and-Syria

 “PBB: Jumlah korban tewas di Suriah capai 5.000,” Artikel diakses pada  6  Januari 2012 dari  http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2011/12/111212suriah.shtml
Perwita, Anak Agung Banyu dan Yani, Yanyan Mochamad. Pengantar Hubungan Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.
Rakel, Eva Patricia. The Iranian Political Elite, State and Society Relations, and Foreign Relations since the Islamic Revolution. Duitsland: 2008.

”Oposisi Suriah Janji Putuskan Hubungan dengan Iran jika Assad Terguling.” Artikel diakses pada 8 Januari 2012 dari http://skalanews.com/baca/news/3/0/101287/ internasional/oposisi-suriah-janji-putuskan-hubungan-dengan-iran-jika-assad-terguling.html



[1] Iran mendukung gerakan anti-kediktatoran ini karena hal tersebut sesuai dengan prinsip Iran  yang mendukung gerakan rakyat, menentang intervensi domestik dan regional oleh kekuatan asing, dan menyadari "persatuan Islam." Iran tidak menginginkan adanya pemerintahan yang selalu dipengaruhi oleh kepentingan asing. Dan menurut Iran negara-negara yang diktator tersebut adalah boneka barat (Amerika Serikat), kecuali Syria. Hal ini mungkin salah satu alasan Iran tidak mendukung aksi demonstrasi yang ada di Syria.
[2] Rahbar Iran, Ali Khamenei menyebut gejolak yang terjadi di Timur Tengah saat ini sebagai ”islamic awakening” yang terinspirasi oleh revolusi Iran pada 1979. Alasan Khamenei berkata demikian karena adanya kedekatan regim penguasa tersebut dengan pihak barat, khususnya Amerika serikat.
Ali Alfoneh, Middle Eastern Upheavals: Mixed Response in Iran.

[3] Saeed Kamali Dehghan, “Tehran supports the Arab spring...but not in Syria.” Artikel Diakses pada 6 Januari 2012 dari  http://www.guardian.co.uk/commentisfree/2011/apr/18/Iran-arab-spring-Syria-uprisings

[4] Ibid.
[5] “PBB : Jumlah korban tewas di Suriah capai 5.000.” Artikel diakses pada  6  Januari 2012 dari  http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2011/12/111212_suriah.shtml
[6]Bom Bunuh Diri Guncang Damaskus, 40 Tewas.” Artikel diakses pada 6 januari 2012 dari http://www.beritasatu.com/mobile/dunia/22895-bom-bunuh-diri-guncang-damaskus-40-tewas.html
[7] Definisi power bisa berarti kemampuan untuk memperoleh apa yang diinginkan untuk mencapai output politik luar negeri melalui kontrol terhadap lingkungan eksternal yang berubah. Jadi power tidak hanya kekuatan militer. Power merupakan perpaduan antara pengaruh persuasif dan kekuatan koersif.
[8] Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad yani, Pengantar Hubungan Internasional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) h. 24-35.
[9] Eva Patricia Rakel, The Iranian Political Elite, State and Society Relations, and Foreign Relations since The Islamic Revolution (Duitsland: 2008) h. 148.

[10] Bukti adanya dukungan Iran terhadap Syria adalah dengan pengiriman IRGC Qods Force advisors, pelatihan personil, dan sumber daya lainnya untuk memperkuat serangan rezim Assad ke pada para demonstran Iran juga menyediakan bantuan senilai $ 23.000.000 bagi Syria untuk membangun pangkalan militer di latakia, dalam rangka memefasilitasi langsung pengiriman dari Iran.

Will Fulton, Robert Frasco, Ariel Farrar-Wellman, “Syria-Iran Foreign Relations.” Artikel diakses pada 8 januari 2012 dari http://www.Irantracker.org/foreign-relations/Syria-Iran-foreign-relations


[11] Kayhan Barzegar, “Iran's Interests and Values and the 'Arab Spring'.” Artikel diakses pada 8 januari 2012 dari http://belfercenter.ksg.harvard.edu/publication/20954/Irans_interests_and_values_ and_the_arab_spring.html
[12] Henry A. Ensher, “Iran-Syria Relations and The Arab Spring.” Artikel Diakses pada 8 Januari 2012 dari http://www.Irantracker.org/foreign-relations/Iran-Syria-relations-and-arab-spring
[13] Iran menganggap kelompok demonstran ini sebagai orang yang disewa oleh Israel untuk menciptakan kekacaua di Syria. Klaim ini dibuktikan dengan pengakuan dari orang-orang yang menyatakan bahwa mereka telah dibayar oleh Israel gaar memberikan foto dan video kerusuhan di Syria untuk disebarkan ke media asing.
Lihat Dehghan,”Tehran.
[14] Will Fulton, “Syria-Iran.
[15] Ensher, “Iran-Syria.
[16] Salah satu upaya untuk mengisolasi Iran dari perdagangan gas internasional adalah dengan dibentuknya proyek TAPI (Turkmenista, Afghanistan, Pakistan, dan India) oleh Amerika Serikat sebagai upaya untuk menghentikan kerjasama IPI (Iran, Pakistan, dan India).
John Foster.A Pipeline Through A Troubled Land: Afghanistan, Canada, And The New Great Energy Game.” Canadian Centre for Poligy Alternatif (CCPA), Volume 3, No. 1 June 19, 2008 h. 7-9.
[17] Indikasi pemutusan hubungan kerjasama antara Iran Syria ketika rezim Assad tumbang berdasarkan pada pernyataan Pimpinan Dewan Nasional Suriah (oposisi Suriah) Burhan Ghalioun bahwa ia tidak akan menjalin hubungan khusus dengan Iran. Karena Syria sebagai negara arab seharus memiliki kedekatan dengan negara-negara teluk dan semenanjung arab.

”Oposisi Suriah Janji Putuskan Hubungan dengan Iran jika Assad Terguling.” Artikel diakses pada 8 Januari 2012 dari http://skalanews.com/baca/news/3/0/101287/internasional/oposisi-suriah-janji-putuskan-hubungan-dengan-iran-jika-assad-terguling.html


[18] ”Liga Arab terapkan sanksi terhadap Suriah.” Artikel diakses pada 8 Januari 2012 dari http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2011/11/111124_ligaarabsuriah.shtml

[19] Trita Parsi, Reza Marashi, “ARAB SPRING SEEN FROM TEHRAN.” Artikel diakses pada 7 januari 2012 dari http://www.aucegypt.edu/gapp/cairoreview/pages/articleDetails.aspx?aid=62
[20] Fehmi Saddy, “The Arab Spring and Syria’s long winter.” http://aljazeera.com/indepth/ opinion/ 2011 /09/201192395146840552.html
[21] Ibid,.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar