Jumat, 19 November 2010

Prinsip Akhlak

1. Akhlak yang baik dan benar harus didasarkan atas al-Qur’an dan as-Sunah bukan dari tradisi atau aliran-aliran tertentu yang sudah tampak tersesat.
Aliran ahlus sunah memandang baik buruk didasarkan atas agama, dan akal tidak mungkin mengetahui yang baik dan buruk tergantung pada kesesuaian dengan akal, karena akal merupakan anugerah Allah yang mulia. Al-Ghazali memandang baik buruk atas akal yang didasari dengan jiwa agama baik berdasarkan al-Qur’an maupun hadis. sedang Abu A'la al-Maududi memandang baik buruk ditentukan oleh pengalaman, rasio, dan intuisi manusia yang dibimbing tuhan melalui wahyu-Nya. Tampaknya pendapat yang terakhir inilah yang dapat dijadikan prinsip baik akhlak alami, karena kenyataannya akhlak merupakan kebiasaan yang reflektif yang semestinya ditopang oleh kebenaran rasio, dan intuisi dibimbing oleh wahyu Allah.
2. Adanya keseimbangan antara berakhlak kepada Allah, kepada sesama manusia, dan kepada makhluk Allah
Berakhlak kepada manusia adalah toleransi antaragama, memberikan hak sebagai tetangga, warga negara atau warga agama, ikut terlibat dalam segala hal, tidak ingin menang sendiri, bertanggungjawab atas masalah sosial, tolong menolong, saling memaafkan, saling menghormati, dan sabar serta menahan diri. Sedangkan akhlak kepada hewan dan tumbuhan adalah melestarikan, memanfaatkan untuk kepentingan ibadah, tidak menyakiti, sehingga Nabi SAW, menyerukan agar menajamkan alat potong ketika ingin menyembelih hewan.
3. Pelaksanaan akhlak harus bersamaan dengan akidah dan syariah, karena ketiga unsur diatas merupakan bagian integral dari syariah Allah swt.
4. Akhlak dilakukan semata-mata karena Allah, walaupun objek akhlak adalah kepada makhluk. Sedangkan ahklak kepada Allah harus lebih diutamakan dari pada akhlak kepada makhluk.
5. Akhlak dilakukan menurut proporsinya, misalnya seorang anak harus lebih hormat kepada orang tuanya dari pada orang lain.

Prof. Dr. Muhaimin, M.A dkk. Kawasan dan Wawasan Studi Islam. Jakarta: Kencana, 2005.

1 komentar: